1- Meluruskan shaf. Imam harus memerintahkan para jama’ahnya untuk meluruskan shaf dan harus meyakinkannya.
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ, قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اعْتَدِلُوا فِي صُفُوفِكُمْ وَتَرَاصُّوا ؛ فَإِنِّي أَرَاكُمْ مِنْ وَرَاءِ ظَهْرِي، قَالَ أَنَسٌ : فَلَقَدْ رَأَيْتُ أَحَدَنَا يُلْصِقُ مَنْكِبَهُ بِمَنْكِبِ صَاحِبِهِ وَقَدَمَهُ بِقَدَمِهِ (الشيخان
Sabda Rasulallah saw dari Anas ra ” ‘Luruskanlah shaf-shaf kalian dan rapatkanlah, karena sesungguhnya aku melihat kalian dari belakang punggungku”, Anas ra berkata ”sesungguhnya aku telah melihat salah seorang dari kami menempelkan pundaknya dengan pundak temannya dan menempelkan kakinya dengan kaki temannya.” (HR Muttafaqun ’alaih).
2- Mengutamakan duduk di shaf awal.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَوْ يَعْلَمُ النَّاسُ مَا فِي النِّدَاءِ وَالصَّفِّ الْأَوَّلِ ثُمَّ لَمْ يَجِدُوا إِلَّا أَنْ يَسْتَهِمُوا عَلَيْهِ لَاسْتَهَمُوا (الشيخان
Sesuai dengan sabda Rasulullah saw dari Abu Hurairah: ”Seandainya manusia mengetahui keutamaan panggilan adzan dan shaf awal kemudian tidaklah mereka bisa mendapatinya kecuali dengan berundi, pastilah mereka berundi”. (HR Muttafaqun ’alaih)
3- Menjaga agar bisa shalat berjama’ah bersama imam dan mengikutinya dari takbiratul ihram.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إنَّمَا جُعِلَ الإِمَامُ لِيُؤْتَمَّ به فَإِذَا كَبَّرَ فَكَبِّرُوا (الشيخان):
Sesuai dengan sabda Rasulallah saw dari Abu Hurairah ra: ”Sesungguhnya imam dijadikan untuk diikuti” (HR Bukhari Muslim)
4- Disunahkan bagi imam agar meringankan dalam bacaan dan dzikirnya di samping itu ia tidak meninggalkan sunah-sunah ab’adh dan haiat sedikitpun.
عن أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : إذَا صَلَّى أَحَدُكُمْ لِلنَّاسِ فَلْيُخَفِّفْ فَإِنَّ فِيهِمْ الضَّعِيفَ وَالسَّقِيمَ وَذَا الْحَاجَةِ , وَإِذَا صَلَّى أَحَدُكُمْ لِنَفْسِهِ فَلْيُطَوِّلْ مَا شَاءَ (رواه الشيخان
Dari Abu Hurairah ra, Rasulallah saw bersabda: ”Jika sesorang shalat dengan manusia, maka ringankanlah karena diantara mereka ada yang lemah, yang sakit dan orang yang ada kebutuhan. Jika ia bershalat sendiri maka panjangkanlah sesukanya” (HR Muttafaqun ’alaih)
5- Jika terasa ada yang datang ingin bermakmum kepada imam, dan imam dalam posisi ruku’ atau tasyahud akhir, maka disunahkan bagi imam agar menunggunya sampai ia ruku’ atau tasyahud akhri bersama imam.
Hal ini agar yang baru datang itu mendapat satu raka’at atau medapatkan pahala berjama’ah bersama imam. Ini lebih utama bagi imam sesuai dengan sunnah Nabi saw.
6- Jika yang bershalat jama’ah hanya imam dan mamum, maka posisi mamum berada di sebelah kanan imam, sejajar tapi mundur sedikit kebelakang.
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ الله عَنْهُمَا، قَالَ: بِتُّ فِي بَيْتِ خَالَتِي مَيْمُونَةَ … ثُمَّ قَامَ ، فَجِئْتُ، فَقُمْتُ عَنْ يَسَارِهِ فَجَعَلَنِي عَنْ يَمِينِهِ (رواه البخاري
Sesuai dengan hadits dari Ibnu Abbas ra, ia berkata ”Aku bermalam di rumah bibiku Maimunah (istri Nabi saw)… Rasulallah saw bagung shalat maka aku datang shalat bersama beliau, aku berdiri di samping kirinya, lalu beliau menempatkan aku di sebelah kanannya (HR Bukhari ).
Jika datang orang ketiga ingin shalat berjamaah bersama imam maka mamum mundur kebelakang atau imam maju kedepan dan orang yang ketiga masuk dalam shaf.
عَنْ جَابِر رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّهُ قَالَ : صَلَّيْتُ مَعَ النَبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فقُمْتُ عَنْ يَسَارِه ، فَأَخَذَ بِيَدِي فَأَدَارَنِي حَتَّى أَقَامَنِي عَنْ يَمِينِهِ ، ثُمَّ جَاءَ جَبَّارُ بْنُ صَخْرٍ فَتَوَضَّأَ ثُمَّ جَاءَ فَقَامَ عَنْ يَسَارِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَخَذَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِيَدَيْنَا جَمِيعًا فَدَفَعَنَا حَتَّى أَقَامَنَا خَلْفَهُ (رواه مسلم
Dari Jabir ra, ia berkata: ”Aku berdiri shalat di samping kiri Rasulallah saw. Maka beliau menarik diriku dan dijadikan di samping kanannya. Tiba-tiba Jabbar bin Shakhr berwudhu dan datang (untuk shalat), ia berdiri di sebelah kiri beliau, lalu beliau mendorong kami ke belakang sehingga berbaris di belakang beliau. (HR Muslim)
7- Jika yang shalat semuanya wanita maka imam wanita berdiri di tengah mamum wanita
لِمَا رُوِيَ أَنَّ عَائِشَةَ وَ أُمَّ سَلَمَة رَضِيَ الله عَنْهُمَا أمّتا نِسَاءً فَقَامَتَا وَسَطَهُنّ (الشافعي و البيهقي بإسناد حسنين
Sesuai dengan riwayat bahwa Aisyah ra dan Ummu Salamah ra shalat menjadi imam bagi kaum wanita dan beliau berdiri di tengah shaf (HR As-Syafie dan al-Baihaqi dengan sanad shahih)
sumber: http://hasansaggaf.wordpress.com