Al-haj (Haji) dalam bahasa artinya menuju dan dalam ilmu fiqih adalah menuju ke Baitullah di Makkah untuk menunaikan manasik haji pada waktu tertentu yang telah dimaklumi yaitu bulan Dzul Hijjah
Allah berfirman:
وَللَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلاً – العمران ﴿٩٧
Artinya: “mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah;” (Qs al-Imron ayat: 97)
Allah berfirman:
الْحَجُّ أَشْهُرٌ مَّعْلُومَاتٌ – البقرة ﴿١٩٧
Artinya: “haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi,” (Qs al-Baqarah ayat 97)
Al-umrah dalam bahasa artinya menuju ke tempat ramai dan dalam ilmu fiqih adalah menuju ke Baitullah di Makkah untuk melaksanakan manasik umrah kapan saja sepanjang tahun (tidak ada batas waktu tertentu)
Allah berfirman:
وَأَتِمُّواْ الْحَجَّ وَالْعُمْرَةَ للَّهِ – البقرة ﴿١٩٦
Artinya: “Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah.” (Qs al-Baqarah ayat: 196)
Kedudukan Haji dalam agama adalah sebagai salah satu rukun Islam. Haji diwajibkan kepada umat Muhammad saw pada tahun 9 Hijriah. Haji dan Umrah hukumnya wajib atau fardhu atas setiap muslim yang mampu sekali seumur hidup. Hal ini sesuai dengan ijma’ ulama yang diambil dari sabda-sabda Rasulallah saw
عَنْ أَبِي هرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قال رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ فَرَضَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ الْحَجَّ فَحُجُّوا فَقَالَ رَجُلٌ أَ كُلَّ عَامٍ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَسَكَتَ حَتَّى قَالَهَا ثَلَاثًا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَوْ قُلْتُ نَعَمْ لَوَجَبَتْ وَلَمَا اسْتَطَعْتُمْ (رواه مسلم
Dari Abu Hurairah ra, ia berkata: Rasulullah saw pernah berkhutbah kepada kami. Beliau bersabdanya:”Wahai manusia, sesungguhnya Allah telah mewajibkan haji atas kamu, oleh sebab itu kerjakanlah haji itu”. Seseorang lelaki bertanya: Adakah tiap tahun wahai Rasullullah?” Rasulullah saw diam tidak menjawab, sehingga ia mengulangi pertanyaannya sebanyak tiga kali. Lalu Rasulullah saw menjawab: “Jika aku katakan: “Ya” maka akan menjadi kewajiban atas kamu (setiap tahun), sedang kamu tidak mampu melakukannya.” (HR Muslim)
عَنْ سُرَاقَةَ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ عُمْرَتُنَا هَذِهِ لِعَامِنَا هَذَا أَمْ لِلأَبَدِ ؟ فَقَالَ : لا بَلْ لِلأَبَدِ ، دَخَلَتِ الْعُمْرَةُ فِي الْحَجِّ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ (رواه الدارقطني بإسناد صحيح)
Dari Suraqah bin Malik ra, ia bertanya: ”Wahai Rasulullah, apakah umrah kita ini untuk tahun ini saja atau untuk selama-lamanya?” Rasulullah menjawab: “Untuk selama-lamanya. Umrah telah masuk dalam (amalan-amalan) haji sehingga hari kiamat”. (HR ad-Daraqutni dengan sanad shahih)
Pelaksanaan Haji
Pelaksanaan haji dibagai tiga cara:
1. Haji Ifradh
2. Haji Tamattu’
3. Haji Qiran
1- Haji Ifrad
Haji ifrad adalah orang yang berniat saat ihram hanya untuk melakukan haji saja. Ia mengucapkan ”Labbaika hajjan” kemudian memasuki Mekah untuk thawaf qudum, lalu ia tunaikan manasik haji; wukuf di Arafah, mabit di Muzdallifah, melontar jumrah Aqabah, thawaf ifadhah, sa’i antara Shafa dan Marwa, bermalam di Mina untuk melontar jumrah pada hari-hari tasyriq. Kemudian setelah selesai menunaikan seluruh manasik haji itu, ia lalu keluar dari Mekah memulai ihram yang kedua dengan niat umrah. Ia mengucapkan ”Labaika umratan”. Ini jika ia mau melaksanakan manasiknya, jika tidak maka umrahnya boleh dilakukan kapan saja.
Haji ifrad adalah manasik paling afdhal menurut Syafi’i dan Maliki karena dengan manasik ini tidak membayar Hadyu (Dam). Dan kewajiban Dam adalah untuk menambal kekurangan yang ada. Sebagaimana haji Rasulullah saw, menurut mereka, adalah ifrad.
2- Tamattu’
Haji Tamattu’ adalah haji dengan terlebih dahulu ihram untuk melaksanakan umrah dari miqat yang telah ditetapkan dengan mengucapkan ”Labbaika umratan”. Kemudian memasuki kota Mekah, menyempurnakan manasik umrah yaitu thawaf dan sa’i lalu memotong atau mencukur rambut, kemudian tahallul dari ihram. Halal baginya segala larangan ihram termasuk berhubungan suami istri. Ia dalam keadaan demikian (tidak ihram) sehingga datang tanggal 8 Dzulhijjah lalu ia berihram untuk haji dari Makkah dengan mengucapkan ”Labbaika hajjan”. Lalu melaksanakan manasiknya wukuf di Arafah, mabit di Muzdallifah, melontar jumrah Aqabah, thawaf ifadhah, sa’i antara Shafa dan Marwa, bermalam di Mina untuk melontar jumrah pada hari-hari tasyriq. Ia melaksanakan seluruh manasik haji dengan sempurna pula.
Firman Allah:
فَإِذَآ أَمِنتُمْ فَمَن تَمَتَّعَ بِالْعُمْرَةِ إِلَى الْحَجِّ فَمَا اسْتَيْسَرَ مِنَ الْهَدْيِ – البقرة ﴿١٩٦
Artinya: “Apabila kamu telah (merasa) aman, maka bagi siapa yang ingin mengerjakan `umrah sebelum haji (di dalam bulan haji), (wajiblah ia menyembelih) korban yang mudah didapat.”(Qs al Baqarah ayat:196)
3- Qiran
Haji qiran adalah dengan berniat ketika ihram sekaligus melakukan haji dan umrah dengan mengucapkan: ”Labbaika hajjan wa umratan”. Kemudian memasuki Mekah, thawaf qudum, dan terus dalam keadaan ihram sehingga datang waktu melaksanakan manasik haji. Ia melaksanakan manasik itu dengan sempurna, wukuf di Arafah, mabit di Muzdallifah, melontar jumrah Aqabah, thawaf ifadhah, sa’i antara Shafa dan Marwa, bermalam di Mina untuk melontar jumrah pada hari-hari tasyriq. Ia tidak berkewajiban thawaf dan sa’i lain untuk umrah, cukup dengan thawaf dan sa’i haji.
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُا أَنَّ النَبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ قَالَ : طَوَافُك بِالْبَيْتِ وَسَعْيُك بَيْنَ الصَّفَا وَالْمَرْوَةِ يَكْفِيك لِحَجِّك وَعُمْرَتِك (رواه مسلم
Seperti yang pernah Rasulullah katakan kepada Aisyah ra ”thawaf-mu di Ka’bah dan sa’i-mu antara Shafa dan Marwa sudah cukup untuk haji dan umrahmu” (HR. Muslim).
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ : خَرَجْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَامَ حَجَّةِ الْوَدَاعِ ، فَمِنَّا مَنْ أَهَلَّ بِعُمْرَةٍ ، وَمِنَّا مَنْ أَهَلَّ بِعُمْرَةٍ وَحَجَّةٍ ، وَمِنَّا مَنْ أَهَلَّ بِحَجٍّ ، فَأَهَلَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالْحَجِّ (رواه الشيخان)
Dari Aisyah ra, ia berkata: ”Kami keluar bersama Rasulallah saw pada waktu haji wada’. Diantara kami ada yang ihram untuk umrah (tamattu’), ada pula yang ihram untuk haji (qiran) dan umrah dan ada yang ihram untuk haji saja (ifrad). Sedang Rasulallah saw ihram untuk haji saja” (HR Bukhari Muslim)
Bagi orang menunaikan haji tamattu’ dan qiran wajib menyembelih hewan hadyu (Dam), minimal seekor kambing, dan jika tidak mampu bisa diganti dengan puasa sepuluh hari: tiga hari di antaranya dilakukan pada waktu haji, dan tujuh hari lainnya ketika sudah kembali ke tanah air, Dan tujuh hari berikutnya tidak wajib berturut-turut.
sumber: http://hasansaggaf.wordpress.com