Darah Wanita

Darah yang keluar dari rahim wanita ada tiga jenis
1. Darah haid2. Darah nifas
3. Darah istihadhah

1. Darah Haid
Darah haid ialah darah sehat yang keluar dari rahim wanita.yang sedikitnya berusia 9 tahun. Darah ini keluar minimumnya selama sehari semalam (24 Jam), maksimumnya 15 hari dan normalnya 6 atau 7 hari. Jadi masa suci bagi wanita antara dua haid tidak boleh kurang dari 15 hari. Dalilnya adalah ketetapan yang telah ditetapkan oleh Imam Syafie.

2- Darah Nifas
Darah nifas ialah darah yang keluar dari rahim wanita yang melahirkan, minimumnya seketika, maksimumnya 60 hari dan normalnya 40 hari. Dalilnya adalah ketetapan yang telah ditetapkan oleh Imam Syafie.

3- Darah Istihadhah
Darah istihadhah ialah darah yang keluar dari rahim wanita, ia bukan darah haid atau darah nifas tapi darah penyakit. Hukumnya seperti hukum orang yang tidak bisa menahan kecing yang selamanya keluar.

Dan jenis darah istihadhah ada 5:
1. Darah yang keluar dari rahim gadis yang belum berusia 9 tahun
2. Darah yang keluar dari rahim wanita kurang dari sehari semalam (kurang dari 24 Jam)
3. Darah yang keluar dari rahim wanita lebih dari 15 hari
4. Darah yang keluar dari rahim wanita yang melahirkan lebih dari 60 hari
5. Darah yang keluar dari rahim wanita sebelum habis masa suci 15 hari

Keterangan:
Bagi wanita yang mengeluarkan darah istihadhah (darah penyakit) yaitu bukan darah haid dan nifas wajib baginya melakukan shalat dan puasa.

Cara shalat bagi wanita istihadhah

1- Mencuci darah istihadhah dari kemaluannya sebersih-bersihnya dan menutup rapat kemaluan dengan kain (softek).


لِمَا رُوِىَ أَنَّ النَبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ قَالَ لِحَمْنَة بِنْتِ جَحْشٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُا: أَنْعَتُ لَكِ الْكُرْسُفَ قَالَتْ إِنَّهُ أَكْثَرُ مِنْ ذَلِكَ قَالَ: فَتَلَجَّمِي (صحيح أبو داود والترمذي و غيرهما

Sesuai dengan sabda Rasulallah saw kepada Hamnah binti Jahsy ra “Aku beritahukan kepadamu (agar menggunakan) kapas kerena kapas dapat menyerap darah” Hamnah berkata: “Darahnya lebih banyak daripada itu” Rasulallah saw bersabda lagi: “Maka pakailah penahan.” (HR Abu Daud, At-Tirmidzi, dll).
Jika masih tetap keluar setelah diberikan penahan maka darah yang keluar (rembas) tidak membatalkan wudhunnya dan shalatnya sah. Karena kesulitan baginya untuk mencegah darah yang keluar.

2- Wajib mengulangi mencuci darah dari kemaluannya dan menutup rapat kemaluan dengan kain (softek) setiap akan wudhu. Dan wajib wudhu setiap akan melakukan shalat

3- Tidak boleh berwudhu sebelum masuk waktu shalat

4- Satu wudhu hanya bisa berlaku untuk satu shalat fardhu saja atau tidak boleh lebih dari satu shalat fardhu kecuali shalat sunah boleh dilakukan sekehendaknya.

5- Harus segera melakukan shalat setelah berwudhu tidak boleh ditunda. Jika shalatnya ditunda setelah berwudhu, maka wudhunya wajib diulangi, karena dikuatirkan darah akan keluar lebih banyak lagi. Hal ini sama dengan orang yang tidak bisa menahan kencing karena penyakit, shalatnya harus disegerakan setelah berwudhu tidak boleh ditunda.

Hikmah Haid
1. Tanda wanita sehat jika keluar haid
2. Tanda sudah masuk baligh jika keluar haid
3. Tanda tidak hamil jika keluar haid
4. Tanda wanita masuk menopause (sudah baki) jika tidak keluar haid

Larangan Bagi Haid Dan Nifas
Diharamkan bagi wanita haid dan nifas melakukan:
1. Shalat.


لِمَا صَحَّ أَنَّ النَبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ قَالَ لِفَاطِمَةَ بِنْتِ أَبِي حُبَيْش : فَإِذَا أَقْبَلَتْ الْحَيْضَةُ فَدَعِي الصَّلَاةَ وَإِذَا أَدْبَرَتْ فَاغْتَسِلِي وَصَلِّي (رواه الشيخان

Sesuai dengan sabda Rasulallah saw kepada Fatimah binti Abi Hubaisy: “Jika datang haid maka tinggalkanlah shalat, dan jika telah pergi maka mandilah dan lakukanlah shalat” (HR Bukhari Muslim).

2. Puasa.


عَنْ عَبْدِ اللَّهِ ابْنِ عُمَر رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا ، قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ : مَا رَأَيْتُ مِنْ نَاقِصَاتِ عَقْلٍ وَدِينٍ أَغْلَبَ لِذِي لُبٍّ مِنْكُنَّ قَالَتْ : يَا رَسُولَ اللَّهِ ! وَمَا نُقْصَانُ الْعَقْلِ وَالدِّينِ ؟ قَالَ : أَمَّا نُقْصَانُ الْعَقْلِ فَشَهَادَةُ امْرَأَتَيْنِ تَعْدِلُ شَهَادَةَ رَجُلٍ فَهَذَا نُقْصَانُ الْعَقْلِ ، وَتَمْكُثُ اللَّيَالِيَ مَا تُصَلِّي ، وَتُفْطِرُ فِي رَمَضَانَ فَهَذَا نُقْصَانُ الدِّينِ (رواه الشيخان

Dari Abdullah bin Umar ra, Rasulallah saw bersabda: ” Aku tidak melihat kurangnya akal dan agama yang lebih menguasai manusia dari kalian. Wanita itu bertanya: Wahai Rasulullah, apakah kekurangan akal dan agama itu? Rasulullah saw menjawab: Yang dimaksud dengan kurang pada akal adalah karena saksi dua wanita sama dengan saksi seorang laki-laki, ini adalah kekurangan akal. Wanita bangun malam tanpa mengerjakan shalat dan tidak puasa di bulan Ramadan (karena haid), ini adalah kekurangan pada agama” (HR Bukhari Muslim).

3. Thawaf


لِمَا صَحَّ أَنَّ النَبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ قَالَ لِعَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُا :ِ ِاصْنَعِي مَا يَصْنَعُ الْحَاجُّ غَيْرَ أََنْ لاَ تَطُوفِي (رواه الشيخان 

Sesuai dengan sabda Rasulallah saw kepada Aisyah ra (Ketika haji wada’ dan ia mendapatkan haid): “Lakukanlah semua amalan yang dilakukan oleh orang yang melaksanakan haji, hanya saja engkau tidak boleh melakukan thawaf di Baitullah” (HR Bukhari Muslim).

4. Membaca Al-Quran, berkiyas kepada orang yang sedang junub diharamkan membaca al-Qur’an.
5. Menyentuh Al-Qur’an atau membawanya, karena ia adalah kitab suci, maka tidak boleh disentuh atau dibawa kecuali dalam keadaan suci
Allah berfirman:


لاَ يَمَسُّهُ إِلاَّ الْمُطَهَّرُونَ – الواقعة ﴿٧٧

Artinya: “tidak menyentuhnya kecuali hamba-hamba yang disucikan” (Qs Al-Waqi’ah ayat: 77)

6. Berdiam (I’tikaf) di masjid.


عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُا ، قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ : لا أُحِلُّ الْمَسْجِدَ لِحَائِضٍ وَلا جُنُبٍ (رواه أبو داود وابن ماجه والطبراني و صححه ابن خزيمة و حسنه ابن القطان

Dari Aisyah ra, Rasulallah saw bersabda “Aku tidak halalkan masjid bagi wanita yang sedang haid dan bagi orang yang junub” (HR Abu Daud, Ibnu Majah, At-Thabrani, Ibnu Khuzaimah dan Ibnu al-Qathan)

7. Bersetubuh
Allah berfirman:


وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الْمَحِيضِ قُلْ هُوَ أَذًى فَاعْتَزِلُوا النِّسَاءَ فِي الْمَحِيضِ وَلَا تَقْرَبُوهُنَّ حَتَّى يَطْهُرْنَ فَإِذَا تَطَهَّرْنَ فَأْتُوهُنَّ مِنْ حَيْثُ أَمَرَكُمُ اللَّهُ – البقرة ﴿٢٢٢

Artinya: “Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah: “Haid itu adalah kotoran”. Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haid; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu” (Qs Al-Baqarah ayat: 222)

8. Menikmati dengan membuka antara lutut dan pusar (tanpa busana).
Sesuai dengan firman Allah tersebut diatas, dan hadist Rasulallah saw,


عَنْ عُمَرَ ابْنِ الخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ : سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا يَحِلُّ لِلرَّجُلِ مِنْ امْرَأَةٍ وَهِيَ حَائِضٌ ؟ فَقَالَ : مَا فَوْقَ الإِزَارِ (رواه ابن ماجه والبيهقي

Dari Umar bin Khattab ra, ia berkata: “Aku bertanya kepada Nabi saw apa yang dihalalkan bagi laki-laki atas perempuan yang sedang haid”. Beliau bersabda: “menyentuh apa-apa yang diatas kain (di atas pusar)” (HR Ibnu Majah, al-Baihaqi)


sumber : http://hasansaggaf.wordpress.com