IV- Sa’i

IV- Sa’i

Sa’i dalam bahasa artinya usaha dan dalam ilmu fiqih adalah berjalan dimulai dari bukit Shafa dan berakhri di bukit Marwa sebanyak tujuh kali. Sa’i merupakan salah satu rukuh Haji, tidak sah Haji atau umrah seseorang jika ia tidak melakukan sa’i. Sa’i dilakukan setelah tawaf, baik thawaf Umrah maupun thawaf

Ifadhoh.
Allah berfirman:

إِنَّ ٱلصَّفَا وَٱلْمَرْوَةَ مِن شَعَآئِرِ ٱللَّهِ – البقرة ﴿١٥٨

Artinya: “Sesungguhnya Shafa dan Marwah adalah sebagian dari syiar Allah” – (Qs al-Baqarah ayat: 158)

قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ : اسْعَوْا فَإِنَّ اللَّهَ كَتَبَ عَلَيْكُمُ السَّعْيَ (وروى الدارقطني ، البيهقي حديث حسن

Rasulallah saw bersabda: “Wahai manusia bersa’ilah kamu, sesungguhnya Allah telah memwajibkan sa’i atas kamu” (HR Ad-Dar qutni, Al-Baihaqi, hadits hasan)

Wajib Sa’i
1- dimulai dari Shofa dan diakhiri di Marwah.


لِمَا صَحَّ أَنَّ النَبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ قَالَ: أَبْدَأُ بِمَا بَدَأَ اللَّهُ بِهِ (رواه مسلم

Rasulallah saw bersabda: “Aku memulai dari apa yang Allah memulai darinya” (HR Muslim). Yaitu Allah memulai dengan kata Shafa baru setelah itu Marwah.

2- Sa’i dilakukan sebanyak tujuh kali, dihitung mulai dari Shafa ke Marwa satu kali. Kemudian dari Marwa ke Shafa satu kali. Begitulah seterusnya tujuh kali bulak-balik diakhiri di bukut Marwah.


عَنْ جَابِرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ النَبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ سَعَى سَبْعًا بَدَأَ بِالصَفَا وَ فَرَغَ عَلَى المَرْوَةِ (رواه مسلم

Sesuai dengan hadits dari Jabir ra, sesungguhnya Rasulallah saw sa’i sebanyak tujuh kali dimulai dari Shafa dan diakhiri di Marwah (HR Muslim)

3- Sa’i dilakukan setelah melakukan thawaf ifadhah atau thawaf qudum


لِمَا رُوِىَ أَنَّ النَبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ سَعَى بَعْدَ الطَّوَافِ وَقَالَ: لِتَأْخُذُوا عَنِّي مَنَاسِكَكُمْ (رواه مسلم

Sesuai dengan hadits Nabi saw, sesungguhnya Rasulallah saw sa’i setelah thawaf, lalu bersabda: “Ambilah manasik hajimu dan umrahmu dari aku” (HR Muslim)


Sunah-Sunah Sa’i
– Naik ke atas bukit Shofa dan Marwah dan menghadap ke Ka’bah


عَنْ جَابِرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ النَبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ بَدَأَ بِالصَّفَا فَرَقِيَ عَلَيْهِ حَتَّى رَأَى الْبَيْتَ فَاسْتَقْبَلَ الْقِبْلَةَ.. فَفَعَلَ عَلَى الْمَرْوَةِ كَمَا فَعَلَ عَلَى الصَّفَا (رواه مسلم

Dari Jabir ra, katanya: Sesungguhnya Nabi saw memulai dari Shofa lalu naik ke atasnya sampai melihat baitullah. Kemudian beliau berbuat di atas Marwah yang beliau perbuat di atas Shofa. (HR Muslim)

■ – Memperbanyak do’a dan dzikir seperti yang diajarkan Rasulallah saw


عَنْ جَابِرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ النَبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ قَالَ : أَبْدَأُ بِمَا بَدَأَ اللَّهُ بِهِ فَرَقِيَ عَلَيْهِ حَتَّى رَأَى الْبَيْتَ فَاسْتَقْبَلَ الْقِبْلَةَ ، فَوَحّدَ الله وكبّرهُ وقال: ” لا إله إلا الله وحْدَهُ لا شريك لهُ، لـهُ المُلْكُ ولـه الحمدُ وهُوَ على كُلِّ شيءٍ قديرٌ، لا إله إلا الله أَنجزَ وَعْدهُ، ونصر عبْدَهُ، وهَزَمَ الأحزابَ وحْدَهُ ” ثم دعا بين ذلك ثلاث مرَّاتٍ، ثم نزل من الصَّفَا إلى المرْوَةِ (رواه الشيخان

Dari Jabir ra, katanya: Sesungguhnya Nabi saw. mulai dari Shofa lalu naik ke atasnya sampai melihat baitullah lalu menghadap kiblat. Lalu membaca kalimat tauhid dan takbir dan mengucap: “Laa Ilaaha Illallahu wahdah, Laa syariika lah, Lahul Mulku wa Lahul Hamdu, Wa Huwa ‘alaa kulli syaiin Qodiir. La Ilaaha Ilallahu wahdah, Anjaza wa’dah, Wa Nashoro ‘Abdah, Wa Hazamal Ahzaaba Wahdah”. Lalu berdoa diantara itu lalu mengucap seperti bacaan itu tiga kali. Kemudian turun ke Marwah. (HR Bukhari Muslim)

■ – Berjalan kaki di permulaan dan akhir sa’i, baik dari Shafa ke Marwah atau dari Marwah ke Shafa. Lalu berlari kecil ketika sampai pada batas ”Mailain” yaitu batas dimana disunahkan untuk berlari kecil. 

Batas tersebut sekarang telah ditandai dengan dua lampu hijau atau disebut juga “pilar hijau”. Jika masuk pada batas garis tersebut disunnahkan raml atau harwalah (lari kecil).


عَنْ جَابِرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ فِي حَدِيْثِهِ الطَوِيْلِ قِالِ : ثُمَّ نَزَلَ إِلَى الْمَرْوَةِ حَتَّى إِذَا انْصَبَّتْ قَدَمَاهُ فِي بَطْنِ الْوَادِي سَعَى حَتَّى إِذَا صَعِدَتَا مَشَى حَتَّى أَتَى الْمَرْوَةَ فَفَعَلَ عَلَى الْمَرْوَةِ كَمَا فَعَلَ عَلَى الصَّفَا (رواه مسلم

Sesuai dengan hadits yang panjang dari jabir ra “Terus beliau (Rasulallah saw) turun dari Shofa berjalan menuju Marwah. Sesampai di tengah wadi beliau berlari kecil. Lalu berjalan biasa ketika naik ke Marwah. Ketika sampai di Marwah beliau berbuat seperti di atas Shofa” (HR Muslim)

Keterangan (Ta’liq):
Shafa Dan Marwah
“Sesungguhnya Shafa dan Marwah adalah sebagian dari syiar Allah” (Qs al-Baqarah)
Bukit Shafa dan Marwah adalah dua buah bukit yang terletak dekat dengan Ka’bah (Baitullah). 
Bukit Shafa dan Marwah ini memiliki peranan sangat penting dalam sejarah Islam, khususnya dalam pelaksanaan ibadah haji dan umrah. Bukit Shafa dan Marwah yang berjarak sekitar 450 meter itu, menjadi salah satu dari rukun haji dan umrah. Tidak sah haji atau umrah seseorang jika tidak melakukan sa’i antara Shofa dan Marwah sebanyak tujuh kali.
Shafa merupakan sebuah bukit kecil yang menyambung ke bukit Abi Qubais. Di bukit ini, dulunya terdapat Darul Arqam, Darul Saib bin Abi Saib dan Darul al-Khuld yang sekarang semuanya sudah disatukan menjadi tempat sa’i. sedangkan bukit Marwah bukit yang menyambung dengan bukit Qaiqu’an dan mengarah ke rukun Syami, jaraknya 300 m dari Ka’bah. Marwah merupakan tempat terakhir thawaf.

Dari segi fisik, tidak ada yang istimewa dari kedua bukit itu. Namun, tujuan Allah memerintahkan Ibrahim as agar membawa keluarganya ke Makkah yang kelak di lokasi tersebut rumah Allah (Baitullah) berdiri.
Bukit Shafa dan Marwah tidak dapat dipisahkan dengan kisah seorang wanita yang tak punya tempat bernaung, tak berdaya, namun penuh iman, ikhlas, dan ta’at, dangan harapan agar kelak menjadi symbol keimanan dimasa mendatang. Dialah siti Hajar yang melahirkan anaknya Ismail as di lembah yang tandus tak berair. Ia tinggalkan anaknya dan berusaha (sa’i) mencari air. Ia berusaha sekuat tenaga naik ke bukit Shofa. Di atas bukit ia melihat kekiri dan kekanan. Harapanya penuh melihat kafilah datang yang bisa membantunya. Kemudian ia berlari lagi ke bukit Marwah. Di sana ia melakukan sama seperti dilakukannya di bukit Shafa. Demikian seterusnya tujuh kali ia berlari bulak balik dari Shofa ke Marwah. Kisah ini merupakan kudwah atau teladan bagi kita untuk melakukan apa yang telah dilakukan Siti Hajar sesuai dengan perintah Allah


إِنَّ ٱلصَّفَا وَٱلْمَرْوَةَ مِن شَعَآئِرِ ٱللَّهِ فَمَنْ حَجَّ ٱلْبَيْتَ أَوِ ٱعْتَمَرَ فَلاَ جُنَاحَ عَلَيْهِ أَن يَطَّوَّفَ بِهِمَا – البقرة ﴿١٥٨

Artinya: “Sesungguhnya Shafa dan Marwah adalah sebagian dari syi’ar Allah. Maka barangsiapa yang beribadah haji ke Baitullah atau ber-umrah, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sa’i antara keduanya“ – (Qs al-Bakarah ayat: 158).


sumber: http://hasansaggaf.wordpress.com