Syarat Wajib Haji

Syarat Wajib Haji

1- Islam
Tidak wajib bagi orang kafir, karena haji adalah ibadah sedang orang kafir bukan ahlinya

2- Merdeka
Merdeka artinya bukan hamba sahaya (budak), dan haji tidak wajib atas budak, karena ia tergolong orang tidak mampu

3- Mukallaf
Artinya Aqil (berakal) dan baligh (dewasa), tidak wajib bagi orang gila dan anak kecil mengerjakan haji. Sekiranya anak kecil mengerjakan haji, maka hajinya sah tapi harus diulang setelah memasuki usia dewasa.


عَنْ عَلِيّ بِنْ أَبِي طَالِبٍ رَضِيَ اللهُ أَنَّ النَبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ قَالَ : رُفِعَ الْقَلَمُ عَنْ ثَلاَثٍ: عَنِ الصَّبِىِّ حَتَّى يَبْلُغَ وَعَنِ الْمَجْنُونِ حَتَّى يُفِيقَ وَعَنِ النَّائِمِ حَتَّى يَسْتَيْقِظَ (رواه أبو داود والنسائي بإسناد صحيح

Dari Ali bin Abi Thalib ra, sesungguhnya Rasulallah saw berkata: ”Terangkat pena (terlepas dari dosa) atas tiga, anak kecil sampai baligh, orang tidur sampai bangun dan orang gila sampai sembuh dari gilanya” (HR Abu Daud dan Nasai dengan sanad shahih).


عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” أَيُّمَا صَبِيٍّ حَجَّ ثُمَّ بَلَغَ الْحِنْثَ عَلَيْهِ أَنْ يَحُجَّ حَجَّةً أُخْرَى وَأَيُّمَا عَبْدٍ حَجَّ ثُمَّ عُتِقَ فَعَلَيْهِ أَنْ يَحُجَّ حِجَّةً أُخْرَى (رواه البيهقي بإسناد حسن

Dari Ibnu Abbas ra., Rasulallah saw bersabda: ”kapan saja anak kecil masuk baligh setelah melakukan haji maka baginya haji berikutnya. Dan kapan saja budak telah dimerdekakan oleh majikanya setelah melakukan haji, maka baginya haji berikutnya” (HR al-Baihaqi dengan sanad baik)

4- Mampu
Yang dimaksud mampu disini adalah mempunyai perbekalan dan ada kendaraan:
Mempunyai perbekalan yang cukup untuk dirinya semasa dalam perjalanan pergi dan balik dan perbekalan semasa melaksanakan haji. Begitu pula perbekalan hidup untuk orang yang wajib dibelanjainya (keluarganya) semasa ia dalam perjalanan, termasuk perbekalan untuk melunasi hutang
Mempunyai kendaraan yaitu mampu menyewa atau membayar ongkos kapal terbang, kapal laut, mobil dll. Disamping itu sanggup melaksanakan haji dengan fisiknya, serta aman dalam perjalanan.
Orang yang tidak sanggup dengan hartanya yaitu tidak mampu memenuhi perbekalan dan kedaraan dan pula tidak mempunyai kekuatan dalam fisiknya (tua atau sakit), maka dia gugur dari kewajiban melaksanakan haji.

Keterangan:
- bagi yang mampu dan tidak bisa menunaikan ibadah Haji karena usia yang sudah udzur dan menderita sakit (tidak ada harapan sembuh), maka wajib diwakili hajinya oleh orang lain.


عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا أَنَّ امْرَأَةً مِنْ خَثْعَمٍ فَقَالَتْ : يَا رَسُولَ اللَّهِ , إِنَّ فَرِيضَةَ اللَّهِ عَلَى عِبَادِهِ فِي الْحَجِّ أَدْرَكَتْ أَبِي شَيْخًا كَبِيرًا لا يَسْتَطِيعُ أَنْ يَثْبُتَ عَلَى الرَّاحِلَةِ , أَفَأَحُجُّ عَنْهُ ؟ قَالَ : نَعَمْ . وَذَلِكَ فِي حَجَّةِ الْوَدَاعِ (رواه الشيخان

Dari Ibnu Abbas ra “Seorang perempuan dari kabilah Khats’am bertanya kepada Rasulullah “Wahai Rasulullah ayahku telah wajib Haji tapi dia sudah tua dan tidak mampu lagi duduk di atas kendaraan apakah boleh aku melakukan ibadah haji untuknya?” Jawab Rasulullah “Ya, (berhajilah untuknya), hal ini terjadi pada haji wada’” (H.R. Bukhari Muslim).
- orang yang mampu dan meninggal dunia sebelum melaksanakan Haji maka kewajiban Haji tetap ada atas dirinya dan wajib bagi ahli waris untuk melaksakan hajinya (Haji badal) dari harta peninggalannya sebelum dibagikan.


عَنْ بُرَيْدَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ أَتَتْ النَبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ اِمْرَأَةٌ فَقَالَتْ يَا رَسُوْلَ اللهِ إِنَّ أُمِّي مَاتَتْ، وَلَمْ تَحُجَّ فَقَال لَهَا النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ: حُجِّي عَنْ أُمِّكِ، (رواه مسلم

Dari Buraidah ra, ia berkata: Seorang perempuan datang kepada Rasulullah saw bertanya “wahai Rasulullah!, Ibuku telah meninggal dunia dan belum melaksanakan ibadah haji,” Rasulallah saw bersabda: ”laksanakanlah kamu haji untuk ibumu” (HR Muslim)

- Syarat orang yang mewakili Haji harus sudah melaksanakan Haji untuk dirinya terlebih dahulu dan tidak sah mewakili orang lain sebelum ia melakukan Haji.


عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ : أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ سَمِعَ رَجُلاً يَقُولُ لَبَّيْكَ عَنْ شُبْرُمَةَ، قَالَ: مَنْ شُبْرُمَةُ، قَالَ: أَخٌ لِي أَوْ قَرِيبٌ لِي، قَالَ: حَجَجْتَ عَنْ نَفْسِكَ، قَالَ: لا، قَالَ: حُجَّ عَنْ نَفْسِكَ ثُمَّ حُجَّ عَنْ شُبْرُمَةَ (رواه أبو داود و وابن خاجه

Riwayat dari Ibnu Abbas: Pada saat melaksanakan haji, Rasulullah saw mendengar seorang lelaki berkata “Labbaik ‘an Syubrumah” (Labbaik, aku memenuhi pangilanmu ya Allah, untuk Syubrumah), lalu Rasulullah saw bertanya “Siapa Syubrumah?”. Lelaki itu berkata: “Dia saudaraku”, Rasulallah saw bertanya:”Apakah kamu sudah pernah haji?”. “Belum” jawabnya. Rasulallah saw besabda: “Berhajilah untuk dirimu, lalu berhajilah untuk Syubrumah” (H.R. Abu Dawud, Ibnu Majah)


sumber: http://hasansaggaf.wordpress.com