1- Niat.
Niat adalah bermaksud melaksanakan sesuatu disertai dengan perbuatan. Letaknya dalam hati, sunah dilafadzkan menjelang takbiratul ihram dan wajib menentukan jenis sholat yang dilakukan begitu pula bilangan raka’atnya.
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ إِنَّمَا الأَعْمَالُ بالنِّيَّاتِ وإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ ما نَوَى (حديث النية تقدم في درس الوضوء
Rasulallah saw bersabda: “Sesungguhnya setiap amal perbuatan tergantung pada niatnya (HR Muslim).
Fungsi melafadzkan niat adalah untuk mengingatkan hati agar lebih siap dalam melaksanakan shalat sehingga dapat mendorong pada kekhusyu’an dan menjauhkan dari waswas.
2- Takbiratul Ihram
Yaitu mengucapkan “Allahu Akbar” pada saat memulai shalat.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ دَخَلَ الْمَسْجِدَ ، فَدَخَلَ رَجُلٌ فَصَلَّى فَسَلَّمَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَرَدَّ ، وَقَالَ : ارْجِعْ فَصَلِّ فَإِنَّكَ لَمْ تُصَلِّ ، فَرَجَعَ يُصَلِّي كَمَا صَلَّى ثُمَّ جَاءَ فَسَلَّمَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَقَالَ : ارْجِعْ فَصَلِّ فَإِنَّكَ لَمْ تُصَلِّ ، ثَلَاثًا ، فَقَالَ : وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالْحَقِّ مَا أُحْسِنُ غَيْرَهُ ، فَعَلِّمْنِي ، فَقَالَ : إِذَا قُمْتَ إِلَى الصَّلَاةِ فَكَبِّرْ ، ثُمَّ اقْرَأْ مَا تَيَسَّرَ مَعَكَ مِنْ الْقُرْآنِ ، ثُمَّ ارْكَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ رَاكِعًا ، ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَعْدِلَ قَائِمًا ، ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا ، ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ جَالِسًا ، وَافْعَلْ ذَلِكَ فِي صَلَاتِكَ كُلِّهَا (رواه الشيخان
Sesuai dengan Hadits dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. pernah masuk masjid. Lalu ada seorang lelaki masuk dan melakukan shalat. Setelah selesai ia datang dan memberi salam kepada Rasulullah saw. Beliau menjawab salamnya lalu bersabda: Kembalilah dan shalatlah, karena sesungguhnya kamu belum shalat. Lelaki itu kembali shalat. Setelah shalatnya yang kedua ia mendatangi Nabi saw. dan memberi salam. Kemudian beliau bersabda lagi: Kembalilah dan shalatlah, karena sesungguhnya kamu belum shalat. Sehingga orang itu mengulangi shalatnya sebanyak tiga kali. Lelaki itu berkata: Demi Dzat yang mengutus Kamu dengan membawa kebenaran, saya tidak dapat mengerjakan yang lebih baik daripada ini semua. Ajarilah saya. Beliau bersabda: Bila kamu melakukan shalat, bertakbirlah. Bacalah bacaan dari Al Qur’an yang mudah bagimu. Setelah itu ruku’ hingga kamu tenang dalam ruku’mu. Bangunlah hingga berdiri tegak. Lalu bersujudlah hingga kamu tenang dalam sujudmu. Bangunlah hingga kamu tenang dalam dudukmu. Kerjakanlah semua itu dalam seluruh shalatmu (HR Bukhari Muslim)
3- Berdiri bagi yang mampu (sehat)
Yaitu berdiri tegak. Jika tidak mampu maka shalat dalam keadaan duduk, jika tidak mampu juga maka shalat sambil berbaring diatas rusuk kanan menghadap kiblat. Jika tidak mampu juga maka shalat sambil tidur terlentang.
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ لِعِمْرَانَ ابْنِ حُصَيْن رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: صَلِّ قَائِمًا فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَقَاعِدًا فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَعَلَى جَنْبٍ (رواه الشيخان)
Sesuai dengan sabda Nabi saw kepada ’Imran bin al-Hushain ra ”Shalatlah kamu dalam keadaan berdiri, jika tidak mampu maka shalatlah dalam keadaan duduk, jika tidak mampu maka shalatlah kamu sambil berbaring” (HR Bukhari).
عَنْ أَبِي هرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ النَبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ قَالَ : إذا أَمَرْتُكُمْ بِأَمْرٍ فَأْتُوْا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ (رواه الشيخان
Dari Abi Hurairah ra, Rasulallah saw bersabda: “Jika aku perintahkan kalian atas satu perkara maka lakukanlah sedapat mungkin” (HR Bukhari Muslim)
4- Membaca surat al-Fatihah
Yaitu membacanya dalam shalat dengan bacaan yang benar tajwid dan tartibnya. Membaca surat al-Fatihah hukumnya wabjib bagi imam dan ma’mum atau orang yang shalat sendirian, dibaca setiap raka’at. Semua ulama berpendapat bahwa hukum membaca Al-Fatihah di dalam shalat adalah wajib, tidak sah shalat tanpanya.
عَنْ عُبَادَة بِنْ الصَامِتِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ النَبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ قَالَ : لاَ صَلاَةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِأُمِّ الْكِتَابِ (رواه الشيخان
Dari Ubadah bin ash-Shamit ra, Rasulallah saw bersabda: “Tidak ada shalat bagi orang yang tidak membaca Fatihatul Kitab (Al-Fatihah).” (HR. Bukhari Muslim).
عَنْ عُبَادَة بِنْ الصَامِتِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ صَلَّى بِنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الصُّبْحَ ، فَثَقُلَتْ عَلَيْهِ الْقِرَاءَةُ ، فَلَمَّا انْصَرَفَ قَالَ : إِنِّي أَرَاكُمْ تَقْرَءُونَ وَرَاءَ إِمَامِكُمْ ! قَالَ : قُلْنَا : وَاللهِ أَجَلْ يَا رَسُولَ اللَّهِ نَفْعَلُ هَذَا ، قَالَ : لا تَفْعَلُوا إِلاَّ بِأُمِّ الكِتَابِ ، فَإِنَّهُ لا صَلاةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِهَا (حسن صحيح أبو داود و الترمذي وغيرهما
Dari Ubadah bin Shamit ra berkata:”Rasulullah saw shalat berjama’ah bersama kami shalat subuh. Maka Rasulullah saw membaca suatu bacaan, kemudian beliau merasa berat dengan bacaan itu. Setelah selesai, beliau bersabda: ”Apakah kamu membaca (sesuatu) di belakang imam kamu?” Kami menjawab:”Benar, ya Rasulullah.” Beliau bersabda:”Janganlah kamu mengerjakan hal itu kecuali membaca al-Fatihah (ummil al-kitab), karena sesungguhnya tidak ada sholat bagi orang yang tidak membaca Al-Fatihah.” (HR Abu Dawud, At-tirmidzi dll).
Basmalah (Bismillah ar-rahman ar-rahim) temasuk awal ayat dari surat al-Fatihah dan surat surat lainya kecuali surat Baraah.
عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ قَرَأَ فِي الصَّلاةِ « بِسْمِ الله الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ » ، فَعَدَّهَا آيَةً (صحيح ابن خزيمة
Dari Ummu Salamah ra. bahwa, “Rasulallah saw. membaca Bismillahi Ar-Rahmaan Ar-Rahiim di awal surat al-Fatihah dalam sholat, dan beliau menganggapnya sebagai satu ayat”. (HR. Shahih Ibnu khuzaimah).
Begitu pula menurut ijma’ para shahabat Nabi saw yang telah ditetapkan dalam al-Mushaf bahwa basmalah (Bismillah ar-rahman ar-rahim) merupakan ayat pertama dalam surat al-Fatihah dan surat surat lainya kecuali surat Baraah
5- Ruku
Yaitu menundukan kepala, tidak mengangkatnya dan disejajarkan dengan punggung beberapa saat sehingga tenang dalam ruku. Begitu pula meletakkan kedua tangan di atas lutut dengan sebaik-baiknya, lalu merenggangkan jari-jari seolah-olah menggenggam kedua lutut.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ ، قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ : ثُمَّ ارْكَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ رَاكِعًا (رواه الشيخان
Sesuai dengan hadits sebelumnya dari Abu Hurairah ra: “Setelah itu rukulah hingga kamu tenang dalam rukumu”.(HR Bukhari Muslim)
لِمَا صَحَّ أَنَّهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّم يَنْحَنِى حَتَّى تَنَالَ رَاحَتَاهُ رُكْبَتَيْهِ (رواه البخاري
Dalam riwayat lain sesungguhnya Rasulallah saw menunduk sehingga tenang di atas lututnya” (HR Bukahri)
6- I’tidal (Kembali berdiri dari ruku)
Yaitu mengangkat punggung dari ruku sehingga posisinya kembali berdiri dengan syarat harus thuma’ninah. Sesuai dengan hadist yang tersebut di atas
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ ، قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ : ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَعْدِلَ قَائِمًا (رواه الشيخان
Sesuai dengan hadits sebelumnya dari Abu Hurairah ra: “Bangunlah hingga berdiri tegak” (HR Bukhari Muslim).
7- Sujud
Yaitu sekurang kurangnya meletakan kedua lutut, kedua telapak tangan dengan seluruh jari jarinya, begitu pula dahi dan hidung ditempelkan ke lantai dan menegakan kedua kaki serta menghadapkan ujung jari kaki ke kiblat begitu pula berthuma’anih dalam sujud.
Sesuai dengan hadits tersebut diatas
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ ، قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ : ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدً (رواه الشيخان
Sesuai dengan hadits sebelumnya dari Abu Hurairah ra: “Lalu bersujudlah hingga kamu tenang dalam sujudmu”. (HR Bukhari Muslim)
عَنْ خَبَّاب ابْنِ الأَرْت رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ شَكَوْنَا إلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَرَّ الرَّمْضَاءِ فِي جِبَاهِنَا وَأَكُفِّنَا فَلَمْ يَشْكُنَا (رواه مسلم
Dari Khabbab bin al-Aret Ra, ia berkata: “Kami pernah mengadu kepada Rasulallah saw tentang panas batu yang kami jadikan tempat meletakan kening kami dan telapak tangan kami, beliau tidak menerima pengaduan kami”. (HR Muslim)
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا أَنَّ النَبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ قَالَ : أُمِرْتُ أَنْ أَسْجُدَ عَلَى سَبْعَةِ أَعْظُمٍ: عَلَى الْجَبْهَةِ – وَأَشَارَ بِيَدِهِ عَلَى أَنْفِهِ ، وَالْيَدَيْنِ ، وَالرُّكْبَتَيْنِ ، وَأَطْرَافِ الْقَدَمَيْنِ (رواه الشيخان
Dari ibnu Abbas ra, Rasulallah saw bersabda: “Aku diperintahkan sujud dengan dengan tujuh anggota, dengan kening, kemudian memberi isyarat dengan hidungnya, dua tangan, dua lutut, dan dua ujung kaki.” (HR Bukhari Muslim).
8- Duduk antara kedua sujud dalam keadaan thuma’ninah, sesuai dengan hadits sebelumnya
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ ، قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ : ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ جَالِسًا (رواه الشيخان
Sesuai dengan hadits sebelumnya dari Abu Hurairah ra: “Bangunlah hingga kamu tenang dalam dudukmu” (HR Bukhari Muslim)
9- Membaca tasyahhud akhir (kedua), dengan syarat harus tetib dan dengan bahasa Arab.
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا أَنَّهُ قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعَلِّمُنَا التَّشَهُّدَ، كَمَا يُعَلِّمُنَا السُّورَةَ مِنْ الْقُرْآنِ، فَكَانَ يَقُولُ: التَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ لِلَّهِ، السَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ، السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ (رواه الشيخان
Sesuai dengan hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra, ia berkata: “Rasulallah saw mengajarkan kami membaca tasyahhud seperti beliau mengajarkan surat al-Qur’an, maka beliau besabda: katakanlah:
“Segala penghormatan, keberkahan dan solat adalah untuk Allah. Salam sejahtera atas engkau wahai Nabi dan rahmat Allah serta keberkatannya. Sejahtera ke atas kami dan atas hamba-hamba Allah yang soleh. Aku bersaksi bahawa tiada Tuhan melainkan Allah dan aku bersaksi bahawasanya Muhammad itu adalah pesuruh Allah.” (HR Bukhari Muslim)
Dan sekurang-kurangnya bacaan tasyahud yang harus dibaca dan memiliki arti yang mencakup, adalah:
التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ ، سَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ، سَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا َرَسُوْلُهُ
Artinya: Segala penghormatan. Salam sejahtera atas engkau wahai Nabi dan rahmat Allah serta keberkatannya. Sejahtera ke atas kami dan atas hamba-hamba Allah yang soleh. Aku bersaksi bahawa tiada Tuhan melainkan Allah dan aku bersaksi bahawasanya Muhammad itu adalah pesuruh Allah.
10- Duduk untuk bertasyahud akhir (kedua).
عَنْ ابْنِ مَسْعُوْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : كُنَّا نَقُولُ قَبْلَ أَنْ يُفْرَضَ عَلَيْنَا التَّشَهُّدُ : السَّلَامُ عَلَى اللَّهِ قَبْلَ عِبَادِهِ ، السَّلَامُ عَلَى جِبْرِيلَ ، السَّلَامُ عَلَى مِيكَائِيلَ ، السَّلَامُ عَلَى فُلَانٍ . فَقَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : لَا تَقُولُوا السَّلَامُ عَلَى اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ هُوَ السَّلَامُ وَلَكِنْ قُولُوا التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ (صحيح الدارقطني و البيهقي
Dari Ibnu Mas’ud ra ia berkata: “Ketika kami bersama-sama Rasulallah saw dalam shalat, kami membaca tasyahud: “salam atas Allah dari hamba-Nya dan salam atas Jibril dan Mikail, salam atas si fulan dan si fulan, maka beliau bersabda : “Janganlah kamu membaca As-salaamu ‘alallahi (salam atas Allah), karena sesungguhnya Allah adalah As-salaam, tetapi bacalah : التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ (segala penghormatan untuk Allah). (HR Baihaqi, Darquthni). Dalam hadist ini kita bisa mengambil kesimpulan, jika telah diterangkan wajibnya bertasyahud dalam shalat maka wajib pula duduk di saat bertasyahud.
11- Membaca shalawat atas Nabi saw pada tasyahud akhir, sedikitnya membaca:”Allahumma shalli ‘ala sayyidinah Muhammad wa ‘ala ali sayyidina Muhammad” (Ya Allah berilah shalawat atas Sayyidina Muhammad dan keluarganya). Hukumnya wajib dalam shalat.
Allah berfirman:
إِنَّ اللَّهَ وَمَلاَئِكَـتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ صَلُّواْ عَلَيْهِ وَسَلِّمُواْ تَسْلِيماً
- الأحزاب ﴿٥٦
Artinya: “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bersalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya” (Qs Al-Ahzab ayat: 56)
12- Salam
Mengucapkan salam, sekurang kurangnya mengucapkan “Assalamu’alikum” satu kali.
عَنْ أَبِي سَعِيْدٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ النَبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ قَالَ : مِفْتَاحُ الصَلاَةِ الوُضُوْءُ وَ تَحْرِيْمُهَا التَكْبِيْرُ وَتَحْلِيْلُهَا التَسْلِيْمُ (أبو داود و الترمذي و غيرهما بإسناد صحيح
Dari Abi Said ra, Rasulallah saw bersabda: “Kunci shalat adalah bersuci, tahrimnya adalah takbir dan tahlilnya adalah taslim.” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi dengan sanad shahih)
13- Tertib
Yaitu seluruh rukun shalat yang disebut di atas wajib dilakukan dengan tertib pada waktu shalat.
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ : صَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُوْنِي أُصَلِّي (رواه البخاري
Rasulallah saw bersabda: “Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihatku shalat.” (HR. Bukhari)
sumber: http://hasansaggaf.wordpress.com