Mati Syahid dan Keguguran (As-Sagth)

Mati Syahid

Mati syahid ialah orang yang wafat dalam peperangan melawan musuh demi membela agama, negara dan bangsa atau orang yang mati dalam peperangan melawan penjajahan. Orang yang mati syahid hukumnya haram dimadikan dan disholatkan, cukup dikafankan saja, dan yang lebih afdhal jika dikafankan dengan pakaian yang dipakai waktu peperangan setelah dibersihkan najisnya keculai darahnya.

عَنْ جَابِرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَرَ بِدَفْنِ شُهَدَاءِ أُحُدٍ في دِمَائِهِمْ وَلَمْ يُغَسَّلُوا وَلَمْ يُصَلِّ عَلَيْهِمْ (رواه البخاري

Dari Jabir ra, ia berkata: Rasulallah saw memerintahkan untuk menguburkan orang orang yang mati shahid dalam peperangan Uhud dengan darah-darah mereka, tidak dimandikan dan tidak pula disholatkan. (HR Bukhari)

Mati Keguguran (As-Saqt)
Mati keguguran ialah anak bayi atau janin yang keluar dari rahim ibunya dalam keadaan tidak bernyawa. Hukumnya sbb:
• Jika bayi itu keluar dalam keadaan hidup walaupun sejenak kemudian mati maka 
   hukumnya seperti hukum mayat dewasa wajib dimandikan, 
   dikafankan dan disholatkan.
• Jika bayi (janin) keluar dalam keadaan tidak bernyawa dan sudah berusia lebih
  dari 4 bulan, maka wajib baginya dimandikan, dikafankan dan dikubur tanpa disholatkan.
• Jika bayi (janin) keluar dalam keadaan tidak bernyawa dan belum berusia 4 bulan maka
  cukup baginya dibungkus dengan kain lalu dikuburkan tanpa dimandikan, tanpa dikafankan 
  dan tanpa disholatkan.


sumber: http://hasansaggaf.wordpress.com