Pada hakikatnya sifat-sifat
perbuatan Tuhan tidak terhitung banyaknya; dan al-Qur'an al-Karim banyak
menyebutkan sifat-sifat ini, seperti khâlik, fâtir, mâlik, hakîm, rabb, razzâq,
rahman, rahim, ghafur, hâdi, wakil, nâsir, qâhir, jabbar, dan nama lainnya,
seperti terkandung dalam Asmaulhusna. Kesemua sifat ini adalah sifat-sifat
perbuatan-Nya.
Kadangkala kalam Ilahi
didefinisikan dengan makna lebih luas dari huruf-huruf dan suara-suara. Pada
makna ini, kalam Ilahi mencakup seluruh makhluk-Nya dan setiap eksistensi tidak
hanya merupakan hasil perbuatan dan kreasi-Nya, melainkan merupakan kalimat
dari kalimat-kalimat-Nya. Dari sini muncul pertanyaan bahwa bagaimana mungkin
kata "kalam" digunakan untuk makhluk dan benda-benda luar, sedangkan
berdasarkan penggunaan umum, kalam adalah kata-kata yang tertulis atau
terdengar?
Sifat Kalam Menurut Al-Qur'an dan Hadis
Dalam al-Qur'an kata Mutakallim
tidak dimunculkan sebagai sifat Tuhan, akan tetapi pada sebagian ayat kata ini
digunakan dalam bentuk kata kerja dengan kata dasar takallum (berbicara)
Dalam surah an-Nisa ayat 164, Allah Swt berfirman,
Artinya : "Dan (kami telah mengutus) Rasul-rasul yang sungguh telah Kami kisahkan tentang
mereka kepadamu dahulu, dan Rasul-rasul yang tidak Kami kisahkan tentang mereka
kepadamu. dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung[381].
[381] Allah
berbicara langsung dengan Nabi Musa a.s. merupakan keistimewaan Nabi Musa a.s.,
dan karena Nabi Musa a.s. disebut: Kalimullah sedang Rasul-rasul yang lain
mendapat wahyu dari Allah dengan perantaraan Jibril. dalam pada itu Nabi
Muhammad s.a.w. pernah berbicara secara langsung dengan Allah pada malam hari
di waktu mi'raj.
Al-Qur'an al-Karim dalam tiga tempat menyebut kata
kalam dengan :
- Kalamullah (Perkataan Tuhan),
- Kalâmi (Perkataan-Ku),
- Kalimatu rabbika dan Kalimatullah
Adanya ungkapan-ungkapan ini bisa disimpulkan bahwa
al-Qur'an sepakat bahwa Tuhan mempunyai sifat takallum (berbicara).
Dalam surah Qashash ayat 30, Allah
Swt berfirman,
Artinya : “ Maka tatkala Musa sampai ke (tempat) api itu, diserulah
Dia dari (arah) pinggir lembah yang sebelah kanan(nya) pada tempat yang
diberkahi, dari sebatang pohon kayu, Yaitu: "Ya Musa, Sesungguhnya aku
adalah Allah, Tuhan semesta alam “ [1120].
[1120] Di tempat dan di saat Itulah Musa a.s.
mulai diangkat menjadi rasul.
Ayat ini
menunjukan bahwa Allah SWT mengajak Nabi Musa As. Berbicara dengan menggunakan
suara – suara yang terdengan dan dari konteks yang terdapat ada ayat ini dan ayat – ayat setelahnya menjadi jelas
bahwa suara – suara tersebut dengan oleh nabi Musa As.
Dalam surah as-Syuura ayat 51, berfirman,
Artinya :
“ Dan tidak mungkin bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata dengan Dia
kecuali dengan perantaraan wahyu atau dibelakang tabir[1347] atau dengan
mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya
apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana. “
[1347] Di belakang
tabir artinya ialah seorang dapat mendengar kalam Ilahi akan tetapi Dia tidak
dapat melihat-Nya seperti yang terjadi kepada Nabi Musa a.s.
Berdasarkan ayat di atas, tiga metode tersebut
adalah:
1.Pengiriman wahyu tanpa
perantara, dalam keadaan ini makna dan pengertian "yang diwahyukan"
akan menyatu dalam diri "yang menerima wahyu
2.Pengiriman wahyu melalu perantaraan malaikat
3.Menciptakan suara-suara yang bisa didengar oleh
telinga dari balik tirai.
Al-Qur'an al-Karim juga menganggap
makhluk-makhluk Tuhan sebagai kalimat-Nya dan kadangkala memperkenalkan Nabi
Isa As sebagai Kalamullah, ayat yang menjadi bukti hal ini adalah surah an-Nisa
ayat 171, Allah berfirman,
Artinya : " Wahai ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu[383], dan
janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al
Masih, Isa putera Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan)
kalimat-Nya[384] yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh
dari-Nya[385]. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan
janganlah kamu mengatakan: "(Tuhan itu) tiga", berhentilah (dari
Ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan yang Maha Esa,
Maha suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah
kepunyaan-Nya. cukuplah Allah menjadi Pemelihara.
[383] Maksudnya:
janganlah kamu mengatakan Nabi Isa a.s. itu Allah, sebagai yang dikatakan oleh
orang-orang Nasrani.
[384] Maksudnya:
membenarkan kedatangan seorang Nabi yang diciptakan dengan kalimat kun
(jadilah) tanpa bapak Yaitu Nabi Isa a.s.
[385] Disebut
tiupan dari Allah karena tiupan itu berasal dari perintah Allah.
Kadangkala pula, keseluruhan makhluk dan
nikmat-nikmat yang diturunkan-Nya diungkapkan dengan Kalimatullah, pada surah
Luqman ayat 27, Allah Swt berfirman,
Artinya : “Dan
seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta),
ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan
habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah[1183]. Sesungguhnya Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana.
[1183] Yang dimaksud dengan
kalimat Allah Ialah: ilmu-Nya dan Hikmat-Nya.
Dengan demikian, al-Qur'an
menggunakan kalam Ilahi ini dalam makna kalam yang terdengar dan juga dalam
makna ciptaan Ilahi . Selain itu,
beberapa ayat juga menunjukkan atas huduts-nya kalam Ilahi, dan dengan merujuk
kepada ayat-ayat ini, maka tertolaklah pendapat tentang ke-qidam-an kalam
Ilahi. Sebagai contoh, dalam surah al-Anbiya ayat 2, Allah berfirman :
Artinya : “ Tidak datang kepada mereka suatu ayat Al Quran pun yang baru (di-turunkan)
dari Tuhan mereka, melainkan mereka mendengarnya, sedang mereka bermain-main”
Dengan mempertimbangkan ayat-ayat lainnya, antara
lain surah Hajr ayat 9,
Artinya :
“ Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya Kami
benar-benar memeliharanya “ [793].
[793] Ayat ini memberikan jaminan tentang
kesucian dan kemurnian Al Quran selama-lamanya.
Pada sebagian riwayat Ahlulbait As
mengemukakan tentang pendapat mereka, sebagai contoh, Imam Hadi As dalam salah
satu surat kepada sebagian pengkutnya, bersabda, "Dan tiada Pencipta
selain Allah dan selain-Nya adalah makhluk, al-Qur'an al-Karim adalah kalam
Tuhan dan janganlah Anda meletakkan bagi-Nya suatu nama yang bisa menyebabkan
Anda tersesat
Qs. Al-Baqarah: 75,
Artinya : " Apakah kamu masih mengharapkan mereka akan percaya kepadamu,
Padahal segolongan dari mereka mendengar firman Allah, lalu mereka mengubahnya
setelah mereka memahaminya, sedang mereka mengetahui?[65].
[65]
Yang dimaksud ialah nenek-moyang mereka yang menyimpan Taurat, lalu Taurat itu
dirobah-robah mereka; di antaranya sifat-sifat Nabi Muhammad s.a.w. yang
tersebut dalam Taurat itu.
Qs. At-Taubah: 6,
Qs. At-Taubah: 6,
Artinya : " Dan jika seorang diantara orang-orang musyrikin itu meminta
perlindungan kepadamu, Maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman
Allah, kemudian antarkanlah ia ketempat yang aman baginya. demikian itu
disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui.
Qs Al-A'raaf: 144.
Qs Al-A'raaf: 144.
Artinya : "Hai Musa, Sesungguhnya aku memilih
(melebihkan) kamu dan manusia yang lain (di masamu) untuk membawa risalah-Ku
dan untuk berbicara langsung dengan-Ku, sebab itu berpegang teguhlah kepada apa
yang aku berikan kepadamu dan hendaklah kamu Termasuk orang-orang yang
bersyukur."
Pada riwayat yang
lain, ketika Abu Basir bertanya kepada Imam Shadiq As, "Apakah Tuhan
berkalam sejak azal-Nya?" Imam As bersabda, "Kalam Tuhan adalah hadis
(tercipta). Tuhan ada sebelum Dia berbicara, setelah itu Dia menciptakan kalamhttp://www.quran.al-shia.org/id/lib/71.htm