Shalat Atas Mayat

3- Shalat Jenazah 

Shalat atas mayat hukumya fardhu kifayah secara ijma’ menurut hadist yang diriwayatkan dari jabir bin Abdullah ra ia berkata:

 عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُ, أَنّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : ” إِنَّ أَخَاكُمْ النَّجَاشِيَّ قَدْ مَاتَ ، فَقُومُوا فَصَلُّوا عَلَيْهِ (رواه مسلم

Dari Imron bin Hushain ra, bahwa Rasulallah saw bersabda ”sesungguhnya saudara kalian An-Najasyi telah meninggal dunia, mari kita bersama men-shalatkanya” (HR Muslim)

Syarat Shalat atas mayat
- Suci dari hadast besar dan kecil
- Suci badan, pakain dan tempat dari najis
- Menutup aurat
- Menghadap kiblat. 
Jadi tidak sah seseorang melakukan shalat atas mayat tanpa melaksanakan syarat-syarat tersebut.
Syarat syarat ini harus dilakukan olehnya, karena yang dilakukan adalah shalat. Dan kata shalat (sembahyang) telah disebut Allah dalam Al-Quran tentang shalat atas mayat:


وَلا تُصَلِّ عَلَى أَحَدٍ مِنْهُمْ مَاتَ أَبَداً وَلا تَقُمْ عَلَى قَبْرِهِ إِنَّهُمْ كَفَرُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَمَاتُوا وَهُمْ فَاسِقُونَ – التوبة ﴿٨٤

”Dan janganlah kamu sekali-kali menyembahyangkan (jenazah) seorang yang mati di antara mereka, dan janganlah kamu berdiri (mendoakan) di kuburnya. Sesungguhnya mereka telah kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka mati dalam keadaan fasik.” (Qs at-Taubah ayat: 84)

- Dan disyaratkan pula mayat yang akan disholatkan harus sudah dimandikan

Rukun Shalat Atas Mayat
1- Niat sewaktu melakukan takbiratul ihram, sebagaimana niat shalat yang lain. Yang terpenting dalam niat adalah menyebutkan keinginan menyolati atas mayat (laki-laki, perempuan, anak-anak atau amwat – lebih dari satu mayat), tanpa harus menyebutkan nama si mayat.
2- Berdiri bagi yang mampu berdiri. Hal ini sama dilakukan seperti dalam melakukan shalat lima waktu 3- Bertakbir 4 kali takbir dan takbiratul ihram termasuk salah satu dari empat takbir


عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ النَّبِيَّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى عَلَى أَصْحَمَةَ النَّجَاشِيِّ، فَكَبَّرَ عَلَيْهِ أَرْبَعًا‏.‏ (رواه الشيخان

Sesuai dengan hadist Rasulallah saw dari Jabir bin Abdullah ra, ia berkata: sesungguhnya Rasulallah saw shalat atas Ashhamat an-Najasyi, maka beliau bertakbir empat kali” (HR Bukhari Muslim)

4- Membaca surat Fatihah setelah takbir pertama.


عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّهُ صَلَّى عَلَى جَنَازَةٍ فَقَرَأَ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ قَالَ : لِيَعْلَمُوا أَنَّهَا سُنَّةٌ (رواه البخاري

Dari Ibnu Abbas ra: ia melakukan shalat atas jenazah, maka ia membaca surat Fatihah. Ia berkata: ”Ketuahuilah sesungguhnya itu adalah sunah (sunah Nabi yang harus diikuti)” (HR Bukhari).
Sedang menurut riwayat secara umum: “bahwa tidak sah shalat bagi yang tidak membaca surat al-Fatihah


عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا صَلَاةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ (الشيخان

Dari Ubadah bin As-Shamit, Rasulallah saw bersabda: “Tidak sah shalat bagi yang tidak membaca surat al-Fatihah” (HR Bukhari Muslim)

5- Membaca shalawat atas Nabi saw dan keluarganya setelah takbir kedua


عَنْ أَبُوْ أُمَامَةَ بن سَهْل رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّهُ أَخْبَرَهُ رَجُلٌ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، أَنَّ السُّنَّةَ فِي الصَّلَاةِ عَلَى الْجِنَازَةِ أَنْ يُكَبِرَ الْإِمَامُ ، ثُمَّ يَقْرَأَ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ بَعْدَ التَّكْبِيرَةِ الْأُولَى سِرًّا فِي نَفْسِهِ ، ثُمَّ يُصَلِّيَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَيُخْلِصَ الدُّعَاءَ لِلْمَيِّتِ فِي التَّكْبِيرَاتِ ، لَا يَقْرَأَ فِي شَيْءٍ مِنْهُنَّ ، ثُمَّ يُسَلِّمَ سِرًّا فِي نَفْسِهِ (الشافعي و البيهقي

DariAbu Umamah bin Sahl ra: Sesungguhnya salah seorang sahabat Nabi saw telah dikabarkan kepadanya: Yang menjadi sunnah dalam shalat jenazah adalah imam bertakbir (yang pertama) lalu membaca Al-Fatihah secara pelan, kemudian (pada takbir kedua) bershalawat kepada Nabi saw, kemudian (pada takbir ketiga) mendoakan jenazah. Tidak boleh membaca Al-Qur`an kecuali pada takbir yang pertama. Kemudian mengucapkan salam secara pelan” (HR asy-Syafi’i, al-Baihaqi)
Cara yang afdhol dalam rangkaian shalawat adalah sebagai berikut :


اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْت عَلَى سَيِّدِِنَا إبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِِنَا إبْرَاهِيمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْت عَلَى سَيِّدِِنَا إبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِِنَا إبْرَاهِيمَ فِي العَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيْدُ مَجِيْد.

6- Membaca do’a atas mayat setelah takbir ketiga

عَنْ أَبِي هرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ النَبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ قَالَ : إِذَا صَلَّيْتُمْ عَلَى الْمَيِّتِ فَأَخْلِصُوا لَهُ الدُّعَاءَ (أبو داود و ابن ماجه

Dari Abu Hurairah ra, Rasulallah saw bersabda: “Jika kalian shalat atas mayat maka berikhlaslah dalam do’a baginya” (HR Abu Dawud, Ibnu Majah)
Sedikitnya do’a atas mayat membaca (Allahuma-ghfir lahu allahuma-rahmhu), dan sempurna do’a sesuai dengan riwayat dari Auf bin Malik ra,


عَنْ عَوْفِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ يَقُولُ : صَلَّى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى جَنَازَةٍ فَحَفِظْتُ مِنْ دُعَائِهِ وَهُوَ يَقُولُ: اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ وَأَكْرِمْ نُزُلَهُ وَوَسِّعْ مُدْخَلَهُ وَاغْسِلْهُ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ وَنَقِّهِ مِنْ الْخَطَايَا كَمَا نَقَّيْتَ الثَّوْبَ الْأَبْيَضَ مِنْ الدَّنَسِ وَأَبْدِلْهُ دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ وَأَهْلًا خَيْرًا مِنْ أَهْلِهِ وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ وَأَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ وَأَعِذْهُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ أَوْ مِنْ عَذَابِ النَّارِ قَالَ: حَتَّى تَمَنَّيْتُ أَنْ أَكُونَ أَنَا ذَلِكَ الْمَيِّتَ (رواه مسلم

ia berkata: Rasulallah saw shalat atas jenazah, Aku hafal do’a yang dibacakan Rasulallah saw bagi janazah. Beliau berdo’a:


اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ وَأَكْرِمْ نُزُولَهُ وَوَسِّعْ مُدْخَلَهُ وَاغْسِلْهُ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ وَنَقِّهِ مِنْ الْخَطَايَا كَمَا نَقَّيْتَ الثَّوْبَ الْأَبْيَضَ مِنْ الدَّنَسِ وَأَبْدِلْهُ دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ وَأَهْلًا خَيْرًا مِنْ أَهْلِهِ وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ وَأَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ وَأَعِذْهُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ أَوْ مِنْ عَذَابِ النَّارِ

(Ya Allah, ampunilah dosa-dosanya, kasihanilah ia, lindungilah ia, dan maafkanlah ia. Muliakanlah tempat kembalinya, lapangkan kuburnya. Bersihkanlah ia dengan air, salju, dan air yang sejuk, dan bersihkanlah ia dari segala kesalahan, sebagaimana Engkau telah membersihkan pakaian putih dari kotoran. Gantilah rumahnya -di dunia dengan rumah yang lebih baik di akhirat serta gantilah keluarganya di dunia dengan keluarga yang lebih baik, dan istri di dunia dengan istri yang lebih baik. Masukkanlah ia ke dalam surga-Mu dan lindungilah ia dari siksa kubur atau siksa api neraka). Sampai- sampai aku berharap menjadi mayat karena doa Rasulallah saw (HR Muslim)

7- Mengucapkan salam setelah takbir keempat seperti salam dalam shalat lainya


عن علي رضي الله عنه قال قال رسول الله اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مِفْتَاحُ الصَّلاةِ الطُّهُورُ ، وَتَحْرِيمُهَا التَّكْبِيرُ ، وَتَحْلِيلُهَا التَّسْلِيمُ (حسن أبو داود و الترمذي

Dari Ali ra., Rasulallah saw bersabda: “Kunci shalat adalah bersuci, tahrimnya adalah takbir dan tahlilnya adalah taslim.” (HR. Abu Dawud, at-Tirmidzi dengan isnad shahih)

Sunah Sunah Shalat Atas Mayat
- Shalat dilakukan dengan 3 shaf.


عَنْ مَالِكِ بْنِ هُبَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَمُوتُ فَيُصَلِّي عَلَيْهِ ثَلَاثَةُ صُفُوفٍ مِنْ الْمُسْلِمِينَ إِلَّا َأَوْجَبَ أَيْ: إِلاَّ وَجَبَتْ لَهُ الجَنَّةُ بِشَفَاعَتِهِمْ وَبِدُعَائِهِمْ لَهُ (حسن أبو داود و الترمذي

Dari Malik bin Hubairah ra, Rasulallah saw bersabda: “Tidak ada seorang muslim pun yang meninggal lalu ia disolati oleh tiga shaf kaum muslimin melainkan ia diampuni.” – yaitu wajib baginya surga karena doa-doa mereka(HR. Abu Dawud, at-Tirmidzi)
- Jika janazahnya laki- laki, maka posisi imam harus berada tepat lurus di muka kepala mayat. Jika janazahnya perempuan, maka posisi imam berada tepat lurus di tengah tengah tubuh mayat (pantat mayat).


عَنْ أَنَس بْن مَالِك أَنَّهُ صَلَّى عَلَى رَجُل فَقَامَ عِنْد رَأْسه , وَصَلَّى عَلَى اِمْرَأَة فَقَامَ عِنْد عَجِيزَتهَا , فَقَالَ لَهُ الْعَلَاء بْن زِيَاد : أَهَكَذَا كَانَ رَسُول اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَفْعَل ؟ قَالَ : نَعَمْ (حسن أبو داود والترمذي

Sebagaimana diriwayatkan dari Anas bin Malik ra sesungguhnya ia menyolati jenazah seorang lelaki, ia berdiri di bagian yang lurus dengan kepala jenazah dan jenazah seorang wanita ia berdiri pada posisi tengah jenazah. Al-’Ala` bin Ziyad berkata: “(Wahai Anas!) apakah demikian Rasulullah saw menyolati jenazah wanita berdiri pada posisi tengannya dan janazah laki-laki beliau berdiri di bagian yang lurus dengan kepalanya?” Anas menjawab: “Iya” (HR Abu Dawud, At-Tirmidzi – hadits hasan)

- Mengangkat kedua tangan ketika takbir empat kali, sejajar dengan bahu dan setelah itu meletakkannya dibawah dada dan diatas pusar sebagaimana dalam shalat yang lain. Dan semua bacaan dilakukan dengan secara pelan-pelan (sirr) walaupun shalat janazah dilakukan di malam hari.


عَنْ أَبِي أُمَامَةَ بن سَهْل رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : السُّنَّةُ فِيْ الصَّلَاةِ عَلَى الْجَنَازَةِ أَنْ يَقْرَأَ فِيْ التَّكْبِيْرَةِ الْأُوْلَى بِأُمِّ الْقُرْآنِ مُخَافَئةً، ثُمَّ يُكَبِّرَ ثَلَاثًا، وَالتَّسْلِيْمُ عِنْدَ الْآخِرَةِ (النسائي بإسناد على شرط الصحيحين

Dari Abu Umamah bin Sahl ra, ia berkata: “Tuntuan sunah dalam shalat janazah adalah membaca pada takbir pertama Ummul Qur’an (Fatihah) dengan pelan (sirr), kemudian bertakbir tiga kali dan mengucapkan salam di akhir” (HR Nasa’i) - Membaca ta’awudh (a’udhubillah) sebelum fatihah
Allah berfirman:


فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ – النحل ﴿٩٨

“Apabila kamu membaca Al Qur’an, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk.” (Qs An-Nahl ayat: 98)

- Tidak membaca do’a iftitah setelah takbir dan pula tidak membaca surat al-Qur’an setelah al-Fatihah, hal ini karena secara prinsip, shalat janazah itu dikerjakan secara ringkas dan cepat

- Disunahkan membaca do’a lainnya sebagai tambahan bagi mayat setelah takbir ketiga
Sesuai dengan hadist yang diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, rasulallah berdo’a atas janazah:


اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِحَيِّنَا وَمَيِّتِنَا، وَشَاهِدِنَا وَغَائِبِنَا، وَصَغِيْرِنَا وَكَبِيْرِنَا، وَذَكَرِنَا وَأُنْثَانَا، اللَّهُمَّ مَنْ أَحْيَيْتَهُ مِنَّا فَأَحْيِهِ عَلَى اْلإِسْلاَمِ، وَمَنْ تَوَفَّيْتَهُ مِنَّا فَتَوَفَّهُ عَلَى اْلإِيْمَانِ

Artinya: “Ya Allah ampunilah orang yg masih hidup di antara kami dan orang yg sudah meninggal, orang yg sekarang ada dan orang yg tdk hadir, anak kecil di antara kami dan orang dewasa, lak-lali dan perempan kami. Ya Allah siapa yg engkau hidupkan di antara kami maka hidupkanlah ia di atas Islam dan siapa yg engkau wafatkan di antara kami maka wafatkanlah dia di atas iman. (HR Ahmad, Abu Dawud)

- Jika mayat itu anak kecil belum dewasa (belum baligh) disunahkan setelah takbir ketiga medoakan kedua orang tuanya dengan membaca doa:


اللَّهُمَّ اجْعَلْهُ فَرْطًا لِأَبَوَيْهِ وَسَلَفًا وَ ذُخْرًا وَ عِظَةً وَ اعْتِبَارًا وَ شَفِيْعًا وَ ثَقِّلْ مَوَازِيْنَهُمَا وَ افْرِغِ الصَّبْرَ عَلَى قُلُوْبِهِمَا وَ لاَ تَفْتِنْهُمَا بَعْدَهُ وَ لاَ تُحَرِِّمْهُمَا أَجْرَهُ

Artinya: Ya Allah jadikanlah anak ini sebagai pendahulu bagi kedua orang tuanya dan tabungan, simpanan, nasihat, itibar dan syafaat bagi keduanya, beratkanlah timbangan mereka di akhirat, berikanlah kesabaran di hati-hati mereka, janganlah dijadikan fitnah bagi mereka dan berikanlah bagi mereka pahalanya


عَنِ الْمُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ : وَالسِّقْطُ يُصَلَّى عَلَيْهِ وَيُدْعَى لِوَالِدَيْهِ بِالْمَغْفِرَةِ وَالرَّحْمَةِ (الحاكم على شرط البخاري

Dari Mughirah bin Syu’bah ra, Rasulallah saw bersabda: “Anak yang mati keguguran disholatkan dan berdo’a bagi kedua orang tuanya dengan afiah dan rahmah” (HR al-Hakim)
- Membaca do’a setelah takbir keempat dengan do’a:


اللَّهُمَّ لاَ تُحَرِّمْنَا أَجْرَهُ وَ لاَ تَفْتِنـَّا بَعْدَهُ وَ اغْفِرْ لَنَا وَلَهُ رَبَّنَا أتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ

Artinya: Ya Allah berikanlah bagi kami pahalanya, janganlah dijadikan fitnah bagi kami sesudahnya, ampunilah kami dan dia ( mayat in)i. Ya Allah berikanlah kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan lindungilah kami dari siksa neraka.


عَنْ عُبَيْدِ اللَّه بنِ أَبِي أَوْْفَى رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُما أَنَّهُ كبَّر عَلَى جَنَازَةِ ابْنَةٍ لَهُ أَرْبَعَ تَكْبِيراتٍ ، فَقَامَ بَعْدَ الرَّابِعَةِ كَقَدْرِ مَا بَيْنَ التَّكْبيرتيْن يَسْتَغفِرُ لهَمَا وَيَدْعُو ، ثُمَّ قال : كَانَ رسُولُ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم يَصْنَعُ هكذَا (صحيح الحاكم

Dari Abdullah bin Abi Aufa ra sesungguhnya ia shalat atas janazah anak perempuannya, ia berdiri setelah takbir yang keempat sejenak beristighfar untuk kedua orang tuanya dan berdo’a. Lalu ia berkata: demikianlah Rasulallah saw telah berbuat” (HR Shahih al-Hakim)


sumber: http://hasansaggaf.wordpress.com