I- Ihram

I- Ihram

Ihram yaitu niat melakukan haji setelah berihram (berpakaian ihram). Caranya menurut sunnah Rasulullah saw adalah sebagai berikut:
Melepas pakaian biasa lalu mandi. Kemudian memakai pakaian ihram, yang bagi laki-laki berupa dua lembar kain, satu lembar untuk disarungkan dan satu lembar untuk menutup tubuh bagian atas, dan sandal, artinya jangan memakai sepatu yang menutup dua mata kaki.


Adapun bagi wanita boleh berpakaian biasa asal menutup seluruh aurat. Dan sebaiknya pakaian-pakaian itu berwarna putih.

 عَنْ سَمُرَةَ بْنِ جُنْدُبٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” الْبَسُوا الثِّيَابَ الْبِيضَ فَإِنَّهَا أَطْهُرُ وَأَطْيَبُ ، وَكَفِّنُوا فِيهَا مَوْتَاكُمْ (رواه أبو داود

Dari Samrah bin Jundub ra, Rasulullah saw. bersabda: “Pakailah yang putih dari pakaian-pakaianmu, karena sesungguhnya itu sebaik-baik pakaianmu. Dan kafanilah orang-orang matimu dengannya.” (H.R. Abu Dawud).

Kemudain merapikan diri dan memakai wewangian bagi laki-laki. Adapun bagi
wanita tidak diperkenankan memakai wewangian apabila berada di antara laki-laki lain.
Kemudian niat dan wajib melafadhkan niatnya dengan niat ihram untuk haji ifrad “Labbaika hajjan”. Untuk haji tamattu’ “Labbaika umratan” setelah selesai umrah lalu niat lagi untuk haji. Untuk haji qiran “Labbaika hajjan wa umratan” Jika menghajikan orang lain dilakukan pada saat ihram dengan mengatakan:

“Labbaika hajjan ‘an fulan”
Kemudian melakukan shalat sunah ihram dua raka’at lalu bertalbiyah yang dilakukan secara terus-menerus:


لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ، لاَ شَرِيْكَ لَكَ لَبَّيْكَ، إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ

Artinya: “Aku memenuhi panggilanMu, ya Allah aku memenuhi panggilanMu. Aku memenuhi panggilanMu, tiada sekutu bagiMu, aku memenuhi panggilanMu. Sesungguhnya pujaan dan nikmat adalah milikMu, begitu juga kerajaan, tiada sekutu bagiMu.” Larangan Bagi Yang Berihram

1- Bagi laki-laki: Memakai pakaian berjahit, seperti baju, celana, sarung dan sebagainya, memakai tutup kepala dan memakai sepatu yang menutup mata kaki.


عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رضي الله عنهما : أَنَّ رَجُلاً قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ , مَا يَلْبَسُ الْمُحْرِمُ مِنْ الثِّيَابِ ؟ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ: لايَلْبَسُ الْقُمُصَ , وَلا الْعَمَائِمَ , وَلا السَّرَاوِيلاتِ , وَلا الْبَرَانِسَ , وَلا الْخِفَافَ , إلاَّ أَحَدٌ لا يَجِدُ نَعْلَيْنِ فَلْيَلْبَس الْخُفَّيْنِ وَلْيَقْطَعْهُمَا أَسْفَلَ مِنْ الْكَعْبَيْنِ , وَلا يَلْبَسْ مِنْ الثِّيَابِ شَيْئاً مَسَّـهُ زَعْفَرَانٌ أَوْ وَرْسٌ (رواه الشيخان)

Dari Abdullah bin Umar ra, Rasulallah saw ditanya: Apa yang seharusnya dipakai oleh seorang muhrim. Beliau bersabda.: Orang (laki-laki) yang berihram tidak boleh memakai gamis, tidak boleh memakai kopiah, tidak boleh memakai celana, tidak boleh memakai serban, tidak boleh memakai khuf (sepatu) kecuali kalau tidak menemukan sandal maka hendaklah ia memotong khuf itu di bawah mata kaki. Tidak boleh (memakai) pakaian yang dikenai za’faron dan waros (wewangian) (HR Bukhari) Bagi wanita: tidak boleh memakai penutup muka dan Memakai kaus tangan dan semacamnya, begitupula tidak boleh memakai wewangian..


عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، أَنَّهُ سَمِعَ رَسَولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى النِّسَاءَ فِي إِحْرَامِهِنَّ عَنِ الْقُفَّازَيْنِ ، وَالنِّقَابِ ، وَمَا مَسَّهُ الْوَرْسُ ، وَالزَّعْفَرَانُ مِنَ الثِّيَابِ (رواه البخاري

Dari Ibnu Umar ra, Rasulullah bersabda: sesungguhnya Rasulallah saw melarang orang perempuan yang ihram memakai dua kaos tangan, memakai tutup muka dan memakai pakaian yang dikenai waros (wewangian) dan za’faron. (HR Bukhari). 2- Bagi laki-laki dan wanita: Memakai wewangian di pakaian dan badan.
Sesuai dengan sabda Rasulallah saw tersebut diatas: “Tidak boleh (memakai) pakaian yang dikenai waros (wewangian) dan za’faron” (H R. Bukhari)

3- Memakai minyak rambut

4- Memotong rambut dan kuku, karena perbuatan itu adalah untuk tahallul menandai keluar dari keadaan ihram;

Allah berfirman:


وَلاَ تَحْلِقُواْ رُؤُوسَكُمْ حَتَّى يَبْلُغَ الْهَدْيُ مَحِلَّهُ – البقرة ﴿١٩٦

Artinya: “dan jangan kamu mencukur kepalamu, sebelum korban sampai di tempat penyembelihannya” (Qs al-Baqarah ayat: 196) 

5- Melakukan jima’ dan akad nikah atau melakukan lamaran
Allah berfirman:


فَمَن فَرَضَ فِيهِنَّ الْحَجَّ فَلاَ رَفَثَ وَلاَ فُسُوقَ وَلاَ جِدَالَ فِي الْحَجِّ – البقرة ﴿١٩٧

Artinya: “barang siapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats (berbuat cabul), berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji” (Qs al-Baqarah ayat:197)


عن عُثْمَانَ بْنَ عَفَّانَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : لا يَنْكِحُ الْمُحْرِمُ وَلا يُنْكَحُ وَلا يَخْطُبُ (رواه مسلم

Dari Usman bin Affan ra, ia berkata: Sesungguhnya Rasulullah saw bersabda: Orang yang ihram tidak boleh menikah, tidak boleh menikahkan dan tidak boleh melamar. (H.R.Muslim).

6- Berburu binatang buruan darat yang boleh dimakan.
Allah swt. berfirman:


وَحُرِّمَ عَلَيْكُمْ صَيْدُ الْبَرِّ مَا دُمْتُمْ حُرُماً – المائدة ﴿٩٦

Artinya: ”Dan diharamkan atas kamu binatang buruan darat selagi kamu berihram.” (Qs al Maidah ayat: 96)


sumber: http://hasansaggaf.wordpress.com