■Jika di suatu desa terdapat masjid maka yang lebih berhak menjadi imam adalah kepala desa
عَنْ أَبِي مَسْعُودٍ الأنْصَارِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قال: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ: لا يَؤُمَّنَّ الرَّجُلُ الرَّجُلَ فِي سُلْطَانِهِ (رواه مسلم
Sesuai dengan sabda Nabi saw dari Abu Mas’ud ra: ”tidak bemakmum pemimpin kepada seorang dalam kekuasannya” (HR Muslim).
■Kemudian jika terdapat imam rawatibnya, maka yang lebih berhak menjadi imam adalah imam rawatib yang ditunjuk oleh penguasa atau pengurus masjid.
لِمَا رُوِيَ أَنَّ ابْنَ عُمَر رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا كَانَ لَهُ مَوْلًى يُصَلِّي فِي مَسْجِدٍ فَحَضَرَ فَقَدَّمَهُ مَوْلاَهُ ، فَقَالَ لَهُ ابْنُ عُمَر : أَنْتَ أَحَقَّ بِالإِمَامَةِ فِي مَسْجِدِكَ (الشافعي
Diriwayatkan sesungguhnya Ibnu Umar ra mempunyai pembantu yang selalu mengimami di masjid, lalu beliau datang dan menyuruh pembantunya menjadi imam, ia berkata ”Kamu lebih berhak menjadi imam di masjidmu” (HR Imam Syafie).
■Jika kita bertamu ke rumah seseorang maka yang berhak menjadi imam adalah shaibul bait (pemilik rumah).
عَنْ أَبِي مَسْعُودٍ الأنْصَارِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قال: قال رَسُولُ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لا يَؤُمَّنَّ الرَّجُلُ الرَّجُلَ فِي سُلْطَانِهِ، وَلا يَقْعُدْ فِي بَيْتِهِ عَلَى تَكْرِمَتِهِ إِلا بِإِذْنِهِ (رواه مسلم
Dari Abu Mas’ud ra, sabda Nabi saw ”Seseorang tidak boleh menjadi imam di dalam keluarga seseorang atau didalam kekuasanya dan tidak boleh duduk di majlisnya kecuali dengan seizinnya”. (HR Muslim).
■Kalau tidak ada atau tidak mampu, maka yang didahulukan ialah orang yang lebih banyak memahami pengetahuan agama Islam.
■Jika tidak ada maka yang didahulukan adalah orang yang lebih banyak memiliki hafalan al Quran.
■Jika tidak ada juga maka yang ditunjuk menjadi imam orang yang salih. Apabila di kalangan para jamaah setara, maka didahulukan yang lebih dahulu berhijrah,.
■Apa bila sama juga, maka didahulukan yang lebih tua usianya.
عن أَبِي مَسْعُودٍ الأَنْصَارِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ النَبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قال: يَؤُمُّ الْقَوْمَ أَقْرَؤُهُمْ لِكِتَابِ اللَّهِ، فَإِنْ كَانُوا فِي الْقِرَاءَةِ سَوَاءً فَأَعْلَمُهُمْ بِالسُّنَّةِ، فَإِنْ كَانُوا فِي السُّنَّةِ سَوَاءً فَأَقْدَمُهُمْ هِجْرَةً، فَإِنْ كَانُوا فِي الْهِجْرَةِ سَوَاءً فَأَقْدَمُهُمْ سِلْمًا وفي رواية فَأَكْبَرُهُمْ سِنًّا (رواه مسلم
Dari Abu Mas’ud ra, Rasulallah saw bersabda: Yang ditunjuk menjadi imam adalah orang yang baik bacaannya (al-Qur’an), jika mereka semuanya sama maka yang ditujuk orang memahami agama, jika mereka semuanya sama maka ditunjuk orang yang lebih dahulu berhijrah, jika mereka sama juga, maka didahulukan orang yang lebih tua usianya (HR. Muslim)
■Setelah itu dipilih dari garis keturunan,
عن أَبَي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: النَّاسُ تَبَعٌ لِقُرَيْشٍ فِي هَذَا الشَّأْنِ مُسْلِمُهُمْ لِمُسْلِمِهِمْ وَكَافِرُهُمْ لِكَافِرِهِمْ (رواه مسلم
Dari Abu Hurairah ra, Rasulallah saw bersabda: Manusia itu mengikuti kaum Quraish dalam segala urusannya, yang muslim mengikuti kaum Quraish muslim, dan yang kafir mengikuti kaum Quraish yang kafir (HR Muslim)
Kemudian setelah itu yang dipilih menjadi imam orang adil karena berimam kepada yang fasik hukumnya makruh. Kemudian dipilih orang dewasa, lalu orang yang bermuqim, karena yang bermuqim shalatnya sempurna, sedang musafir boleh mengqashar shalatnya. Kemudian laki-laki, karena tidak sah shalat laki-laki yang diimami oleh perempuan, begitu pula tidak sah shalat seorang qari’ berimam kepada orang yang bacaan fatihahnya tidak fasih, karena imam bertanggung jawab atas shalat makmumnya.
sumber: http://hasansaggaf.wordpress.com