7. AT-TAFKHIM DAN AT-TARQIQ
Tafkhim berarti Menebalkan suara huruf, sedangkan Tarqiq adalah Menipiskannya.
Tafkhim dan Tarqiq terdapat pada 3 hal :
a. Lafazh Jalalah,
yaitu lafazh Allah. Al Jalalah maknanya adalah kebesaran atau keagungan.
Cara membacanya ada dua macam, yaitu tafkhim dan tarqiq.
Lafazh Jalalah dibaca tafkhim
apabila keadaannya sebagai berikut:
- Berada di awal susunan kalimat atau disebut Mubtada’ (Istilah tata bahasa Arab).
Contoh: اللّهُ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ
- Apabila Lafazh Jalalah berada setelah huruf berharakat fat-hah.
Contoh: قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ
- Apabila Lafazh Jalalah berada setelah huruf berharakat dhammah.
Contoh: نَارُ اللَّهِ الْمُوقَدَةُ
- Berada di awal susunan kalimat atau disebut Mubtada’ (Istilah tata bahasa Arab).
Contoh: اللّهُ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ
- Apabila Lafazh Jalalah berada setelah huruf berharakat fat-hah.
Contoh: قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ
- Apabila Lafazh Jalalah berada setelah huruf berharakat dhammah.
Contoh: نَارُ اللَّهِ الْمُوقَدَةُ
Sedangkan dibaca Tarqiq apabila
sebelum lafazh Jalalah huruf berharakat kasroh.
Contoh: بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
Contoh: بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
b. Huruf-huruf Isti’la ( خ – ص – ض – غ – ط – ق – ظ )
Semua huruf isti’la harus dibaca
tafkhim, dengan dua tingkatan.
Pertama, tingkatan tafkhim yang
kuat, yakni ketika sedang berharakat fat-hah atau dhammah.
Kedua, adalah tingkatan tafkhim yang lebih ringan, yakni ketika berharakat kasrah atau ketika sukun dengan huruf sebelumnya berharakat kasrah. Juga harus dibaca tafkhim apabila nun mati atau tanwin (hukum ikhfa’ haqiqi) bertemu dengan huruf isti’la, kecuali apabila bertemu dengan huruf ghain dan kha’. Sebaliknya, seluruh huruf istifal (huruf-huruf selain huruf isti’la) harus dibaca tarqiq, kecuali ra’ dan lam pada lafazh jalalah.
Kedua, adalah tingkatan tafkhim yang lebih ringan, yakni ketika berharakat kasrah atau ketika sukun dengan huruf sebelumnya berharakat kasrah. Juga harus dibaca tafkhim apabila nun mati atau tanwin (hukum ikhfa’ haqiqi) bertemu dengan huruf isti’la, kecuali apabila bertemu dengan huruf ghain dan kha’. Sebaliknya, seluruh huruf istifal (huruf-huruf selain huruf isti’la) harus dibaca tarqiq, kecuali ra’ dan lam pada lafazh jalalah.
c. Huruf Ra’,
Hukum ra’ adalah hukum bagaimana membunyikan huruf Ra’ dalam bacaan.
Terdapat 3 cara yaitu Kasar atau Tebal, Halus atau Tipis / harus dikasarkan dan ditipiskan.
1. Bacaan Ra’ dibacanya Tafkhim (Kasar / Tebal) apabila:
1.1. Setiap Ra’ yang berharakat atas atau fathah.
Contoh: ﺭَﺑﱢﻨَﺎ
1.2. Setiap Ra’ yang berbaris mati atau berharakat sukun dan huruf sebelumnya
berbaris atas atau fathah.
Contoh: ﻭَﺍﻻَﺭْﺽ
1.3. Ra’ berbaris mati yang huruf sebelumnya berbaris bawah atau kasrah.
Contoh: ٱﺭْﺟِﻌُﻮْﺍ
1.4. Ra’ berbaris mati dan sebelumnya huruf yang berbaris bawah atau kasrah
tetapi Ra’ tadi berjumpa dengan huruf isti’la’.
Contoh: ﻣِﺮْﺻَﺎﺪ
2. Syarat Bacaan ra’ yang ditipiskan adalah apabila:
1. Setiap Ra’ yang berbaris bawah atau kasrah.
Contoh: ﺭِﺟَﺎﻝٌ
2. Setiap Ra’ yang sebelumnya terdapat mad lain
Contoh: ﺧَﻴْﺮٌ
3. Ra’ mati yang sebelumnya juga huruf berbaris bawah atau kasrah tetapi tidak
berjumpa dengan huruf isti’la’.
Contoh: ﻓِﺮْﻋَﻮﻦَ
3. Bacaan ra’ yang harus dikasarkan/ditebalkan dan ditipiskan
adalah apabila setiap Ra’ yang berbaris mati yang huruf sebelumnya berbaris bawah,
kemudian berjumpa dengan salah satu huruf isti’la’.
Contoh: ﻓِﺮْﻕ
Isti’la’ (ﺍﺳﺘﻌﻼ ﺀ): terdapat tujuh huruf yaitu kha’ (خ), sod (ص), dhad (ض), tha (ط), qaf (ق), dan zha (ظ).
Hukum-Hukum Lain Yang Belum di Baca / diBuka :
1. Hukum-Nun-Mati-dan-Tanwin
2. Hukum-Mim-Mati
3. Hukum-Mim-dan-Nun-Tasydid
4. Hukum-Lam Ta'rif (Alif-Lam)
5. Hukum-Idgham
6. Hukum-Mad
7. Hukum-At-Tafkhim-dan-At-Tarqiq
8. Qalqalah
9. Tanda-Tanda Waqaf (Berhenti)
10. Istilah - Istilah dalam Al-Qur'an
<<<< Klik disini , kembali ke AWAL ■■■