Kedua shalat ini hukumnya sunah muakkadah yaitu sunah yang selalu dikerjakan Nabi saw.
عن طَلْحَةَ بْنَ عُبَيْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُ : جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ أَهْلِ نَجْدٍ ثَائِرَ الرَّأْسِ يُسْمَعُ دَوِيُّ صَوْتِهِ وَلا نَفْقَهُ مَا يَقُولُ ، فَإِذَا هُوَ يَسْأَلُ عَنِ الإِسْلامِ ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” خَمْسُ صَلَوَاتٍ فِي الْيَوْمِ وَاللَّيْلَةِ ، قَالَ : هَلْ عَلَيَّ غَيْرُهُنَّ ؟ قَالَ : لا ، إِلا أَنْ تَطَّوَّعَ (رواه الشيخان
Sesuai dengan hadits tersebut sebelumnya dari Thalhah bin Ubaidillah ra, ia berkata: “Seorang penduduk Najd telah datang menghadap Rasulullah saw dengan keadaan rambutnya yang kusut. Kami mendengar nada suaranya tetapi tidak memahami kata-katanya sehingga ia mendekatinya. Dia terus bertanya mengenai Islam. Lalu Rasulullah saw bersabda: Islam adalah shalat lima waktu sehari semalam. Lelaki tersebut bertanya lagi: Masih adakah shalat lain yang diwajibkan kepadaku? Rasulullah saw menjawab: Tidak, kecuali jika engkau ingin melakukannya secara sukarela yaitu shalat sunat.” (HR Bukhari Muslim)
Kedua shalat ini dilakukan dua raka’at diiringi dengan niat shalat iedul fitri atau iedul adha, waktunya setelah terbit matahari sampai condongnya matahari dan disunahkan mengakhirkannya sedikit sampai matahari naik setinggi tombak.
عَنْ عُمَرَ ابْنِ الخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أنه قَالَ: صَلَاةُ الْأَضْحَى رَكْعَتَانِ وَصَلَاةُ الْفِطْرِ رَكْعَتَانِ وَصَلَاةُ السَّفَرِ رَكْعَتَانِ وَصَلَاةُ الْجُمُعَةِ رَكْعَتَانِ تَمَامٌ غَيْرُ قَصْرٍ عَلَى لِسَانِ نَبِيَّكُمْ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَدْ خَابَ مَنِ افْتَرَى (رواه أحمد ، الشافعي ، وابن ماجه
Dari Umar bin Khatthab ra, ia berkata ”Shalat Iedul Adha dua raka’at, shalat Iedul Fitri dua raka’at, shalat musafir dua raka’at, shalat jum’at dua raka’at, sempurna tidak di-qashar menurut lisan Nabi kamu Muhammad saw, dan celaka atas orang yang mendustainya” (HR Ahmad, Syafie dan Ibnu Majah)
Kedua shalat ini sunah dilakukan secara berjama’ah dengan 7 takbir di raka’at pertama dan 5 takbir di raka’at kedua selain takbiratul ihram dan takbir berdiri dari sujud dan disunahkan Mengangkat tangan setinggi bahu pada setiap takbir.
عَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُكَبِّرُ فِي الْفِطْرِ الْأُولَى سَبْعًا وَفِي الثَانِيَةِ خَمْسًا سِوَى تَكْبِيرَةِ الصَّلَاةِ (أبو داود وغيره بأسانيد حسنة
Dari Amru bin Syu’aib ra dari bapaknya dari kakeknya, ia berkata: Rasulallah saw bertakbir pada shalat iedul fitri 7 takbir di raka’at pertama dan 5 takbir di raka’at kedua selain takbir untuk shalat” (HR Abu Dawud dengan sanad hasan)
Kedua shalat ini disunahkan setelah membaca ta’awwudh dan surat Fatihah, membaca surat “Qaf” di raka’at pertama dan surat “Al-Qomar” di raka’at kedua. Atau surat ” ’Ala (Sabihisma)” dirakat pertama dan surat “Al-Ghasyiyah (Hal ataka)” pada raka’at kedua.
عَنْ أَبِي وَاقِدٍ اللَّيْثِيَّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ النَبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقْرَأُ يَوْمَ الْفِطْرِ والأَضْحَى ق وَالْقُرْآنِ الْمَجِيدِ ، وَاقْتَرَبَتِ السَّاعَةُ (رواه مسلم
Dari Abi Waqid al-Laisti ra ia berkata: “sesungguhnya Rasulallah saw membaca pada shalat hari raya Fitir dan Adha (Qaf wal quranul majid) dan surat (Iqtarabitis sa’ah)” (HR Muslim)
عَنْ النُّعْمَان بْن بَشِير رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُول اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَرَأَ فِي الْعِيدَيْنِ بِـ ” سَبِّحْ اِسْم رَبّك الْأَعْلَى ” وَ ” هَلْ أَتَاك حَدِيث الْغَاشِيَة (رواه مسلم
Dari Nu’man bin Basyir ra ia berkata: “Rasulallah saw membaca pada shalat Hari raya (Sabbihisma rabikal ‘ala) dan (Hal ataka hadistul ghasyiah)” (HR Muslim)
Kedua shalat Ied disunahkan bagi imam menyaringkan bacaan dan takbirnya. Antara dua takbir disunahkan membaca tasbih “Subhanallah wal hamdulillah wala ilaha illah wallahu akbar”. Dan kedua shalat ini dilakukan tanpa adzan dan iqamah
عَنْ جَابِرِ بْنِ سَمُرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : شَهِدْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى الْعِيدَيْنِ بِغَيْرِ أَذَانٍ وَلَا إقَامَةٍ (رواه مسلم
Dari Jabir bin Samrah ra ia berkata: “Aku menyaksikah bersama Rasulallah saw kedua shalat Ied lebih dari sekali tanpa adzan dan iqamah” (HR Muslim)
Dan sunah sebagai pengganti adzan dan iqamah didengungkan lafadh“ASH-SHALAATU JAAMI’AH”. Hal ini dilakukan berkiyas kepada shalat gerhana.
عنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُا أَنّ الشّمْسَ خَسَفَتْ عَلَىَ عَهْدِ رَسُولِ اللّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَبَعَثَ مُنَادِياً “الصّلاَةُ جَامِعَةٌ ” (رواه الشيخان
Dari Aisyah ra, ia berkata: “telah terjadi gerhana matahari pada zaman Rasulullah saw. lalu Beliau mengutus seorang penyeru (munaadi) mengumandangkan: “ASH-SHALAATU JAAMI’AH” (HR Bukhari Muslim)
Disunahkan khutbah dua kali setelah shalat
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ : شَهِدْتُ العِيدَ مَعَ رَسُولِ اللهِ وَأَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ فَكُلُّهُمْ كَانُوا يُصَلُّونَ قَبْلَ الخُطْبَةِ (رواه الشيخان
Sesuai dengan hadits dari Ibnu Abbas ra, ia berkata: “aku menyaksikan shalat Ied bersama Rasulallah saw, Abu Bakar dan Ustman ra mereka seluruhnya shalat Ied sebelum khuthbah” (HR Bukhari Muslim)
عَنْ جَابِرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ شَهِدْتُ مَعَ رَسُولِ الله صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ الأَضْحَى بالمُصَلَّى، فَلَمّا قَضَى خُطْبَتَهُ نَزَلَ مِنْ مِنْبَرِهِ (رواه الشيخان
Dari Jabir ra, ia berkata: “Aku menyaksikan bersama Rasulallah saw shalat Ied Adha, beliau turun dari mimbar setelah selesai khutbah.” (HR Bukhari Muslim)
Disunahkan membaca takbir 9 kali pada khutbah pertama, dan 7 kali pada khutbah kedua secara berturut-turut,
عَنْ عُبَيْدِ اللهِ بِنْ عَبْدِ اللهِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّهُ قَالَ : هُوَ مِنْ السُّنَّةِ (رواه البيهقي و ابن أبي شيبة
sesuai dengan hadits Ubaidillah bin Abdullah ra, ia berkata: “ia (takbir pada khutbah) termasuk sunah” (HR al-Baihaqi dan Ibnu Abi Syaibah)
Kedua shalat Ied lebih baik jika dilakukannya di masjid. Jika masjid sempit dan tidak muat oleh jama’ah maka boleh dilakukan di tanah lapang.
عَنْ أَبِي سَعِيْدٍ الخُدْرِي رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْرُجُ يَوْمَ الْفِطْرِ وَالْأَضْحَى إِلَى الْمُصَلَّى (رواه الشيخان
Sesuai dengan hadits dari Abu Said al-Khudri ra, ia berkata : sesungguhnya Nabi saw pada hari raya iedul fitri dan iedul adha keluar ke mushalla” (HR Bukhari Muslim)
Sunah-Sunah Dilakukan Pada Hari Raya (Ied)
1- Disunahkan makan sebelum berangkat shalat Iedul fitri, dan menahan diri (tidak makan) sebelum berangkat shalat iedul adha.
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ بُرَيْدَةَ، عَنْ أَبِيهِ، قَالَ: كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ َلا يَخْرُجُ يَوْمَ الْفِطْرِ حَتَّى يَطْعَمَ وَيَوْمَ النَحْرِ لاَ يَأْكُلُ حَتَّى يَرْجِعَ فَيَأْكُل مِنْ نَسِيْكَتِهِ (أحمد في مسنده و الترمذي و ابن ماجه و الدارقطني والحاكم و أسانيد حسنة
Dari Abdullah bin Buraidah ra ia berkata: ” Rasulullah tidak keluar di hari Fitri sebelum beliau makan, dan di hari raya kurban beliau tidak makan sampai ia kembali dan makan daging kurbannya” (HR Ahmad, At-Tirmidzi, Ibu Majah, ad-Darquthni, Al-Hakim, dengan sanad hasan)
2- Mandi sebelum melakukan shalat Ied berkiyas kepada shalat Jum’at, waktunya mulai dari malam hari raya.
لِمَا رُوِىَ أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ كَانَ يَغْتَسِلُ يَوْمَ الْفِطْرِ قَبْلَ أَنْ يَغْدُوَ إِلَى الْمُصَلَّى (مالك في الموطأ
Diriwatkan bahwa Abdullah bin Umar ra mandi pada hari Iedul Fitri sebelum pergi ke mushalla” (HR. Malik dalam Al-Muwaththa’)
3- Berhiyas atau Memakai pakaian yang bagus
عن عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ : أَخَذَ عُمَرُ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ جُبَّةً مِنْ إِسْتَبْرَقٍ تُبَاعُ فِي السُّوقِ فَأَخَذَهَا فَأَتَى بِهَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَقَالَ : يَا رَسُولَ اللَّهِ ، ابْتَعْ هَذِهِ تَجَمَّلْ بِهَا لِلْعِيدِ وَالْوُفُودِ ، فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّمَا هَذِهِ لِبَاسُ مَنْ لَا خَلَاقَ لَهُ (رواه الشيخان
Dari Abdullah bin Umar ra bahwa Umar ra mengambil sebuah jubah dari sutera yang dijual di pasar maka dia bawa kepada Rasulullah saw, lalu Umar ra berkata: “Wahai Rasulullah, belilah ini dan berhiaslah dengan pakaian ini untuk hari raya dan menyambut utusan-utusan.” Rasulullah saw pun berkata: “Ini adalah pakaian orang yang tidak akan dapat bagian (di akhirat)” (HR Bukhari Muslim).
Hadits ini menunjukkan disyari’atkannya berhias untuk hari raya dan bahwa ini perkara yang biasa di antara mereka.(Fathul Bari)
4- Pergi ke masjid dengan rute (jalan) yang berbeda dengan waktu pulang dari Shalat Ied yaitu pergi ke masjid melalui suatu jalan dan pulangnya melalui jalan yang lain.
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَانَ يَوْمُ عِيدٍ خَالَفَ الطَّرِيقَ (رواه الشيخان
Dari Jabir bin Abdullah ra, ia berkata:” Nabi saw apabila di hari Ied, beliau mengambil jalan yang berbeda. (HR Bukhari Muslim)
5- Menghidupkan malam hari raya (Ied) dengan ibadah
6- Memakai Wewangian, anjuran ini sama seperti berhiyas untuk hari raya dan merupakan hal yang disyari’atkan.
Khutbatul Ied
Khutbah Eid sama dengan khutbah jum’at.
Bedanya hanya pada awal khutbatul ied yang pertama diucapkan 9 takbir dan pada awal khutbah yang kedua diucapkan 7 takbir. Adapun syarat dan sunah khutbah ied sama dengan khutbah jum’at hanya tidak ada adzan sebelum khutbah.
Dan sebagai pengganti adzah diucapkan ”ASH-SHALATU JAMI’AH”.
///////////////////////////////////////////
Takbir Ied (Fitri & Adha)
///////////////////////////////////////////
• Takbir pada waktu Hari Raya Ied (idul Fitri & idul Adha) hukumnya sunah.
• Takbir merupakan suatu pemandangan indah yang mencerminkan syi’ar Islam dan ukhuwah islamiyah (persaudaraan), sesungguhnya orang islam itu bersaudara.
• Takbir adalah pernyataan syukur kepada Allah atas selesainya pelaksanaan ibadah puasa Ramadhan yaitu suatu ibadah badaniah yang paling lama dilaksanakan oleh seorang Muslim dari fajar menyingsing sampai terbenamya matahari selama satu bulan .
• Takbir merupakan pengumuman selesainya ibadah Haji setelah wukuf di Arafat pada tanggal 9 Dzul Hijjah dan melontar Jumratul Aqabah pada tanggal 10 Dzulhijjah (tahallul).
• Disunahkan bagi setiap orang mengeraskan takbirnya ketika keluar menuju masjid atau tanah lapang untuk shalat.
عَنْ أُمِّ عَطِيَّة رَضِيَ اللهُ عَنْهُا قَالَتْ كُنَّا نُؤْمَرُ بإخْراجِ الْحُيَّضِ فَيُكَبِّرْنَ بِتَكْبِيرِهِمْ (رواه الشيخان
Dari Umi ‘Athiyyah ra, ia berkata: “Dahulu kami diperintahkan (pada hari ied) untuk mengeluarkan wanita yang sedang haid, mereka bertakbir dengan takbir mereka ” (HR Bukhari Muslim). Hal ini diperintahkan untuk mengharap keberkahan dan kesucian hari itu
Takbir Ied dibagi atas dua bagian:
1- Takbir Mursal (Bebas) yaitu takbir Iedul Fitri yang dilakukan sepanjang malam dan pagi hari di rumah, di masjid, di jalan raya dan dimana saja, waktunya mulai terbenam matahari malam iedul fitri (malam takbiran) sampai imam ber-takbiratul ihram pada shalat iedul fitri. Allah berfirman:
وَلِتُكْمِلُواْ الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُواْ اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ – البقرة ﴿١٨٥
Artinya: “Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (Qs Al-Baqarah ayat:185)
2- Takbir Muqayyad (Terikat) ialah takbir Iedul Adha yang diucapkan setelah shalat lima waktu bagi yang tidak melakukan ibadah Haji. Waktunya dimulai dari fajar hari Arafah (9 dhulhijjah) sampai selesai hari-hari Tasyrik yaitu 13 dhulhijjah di waktu shalat ashar.
عَنْ عَلِيٍّ وَعَمَّارٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا أَنّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَجْهَرُ فِي الْمَكْتُوبَاتِ بِ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ , وَكَانَ يَقْنُتُ فِي الْفَجْرِ , وَكَانَ يُكَبِّرُ يَوْمَ عَرَفَةَ صَلاةَ الْغَدَاةِ , وَيَقْطَعُهَا صَلاةَ الْعَصْرِ آخِرَ أَيَّامِ التَّشْرِيقِ (رواه الحاكم و قال هذا حديث صحيح الإسناد
Dari Ali ra dan Ammar ra, mereka berkata: “sesungguhnya Rasulallah saw menjaharkan bacaan”Bismillah ar-Rahman ar-Rahim) dalam shalat lima waktu (yang dijaharkan), berqunut dalam shalat subuh, dan bertakbir mulai dari shalat subuh di hari Arafah sampai selesai hari-hari Tasyriq di shalat ashar” (RH Hakim dengan sanad shahih)
Cara Takbir Iedul Fitri Dan Adha
اَللهُ اَكْبَرْ اَللهُ اَكْبَرْ اَللهُ اَكْبَرْ-- لاَالهَ اِلاَّ اللهُ وَالله اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرْ وَللهِ الْحَمْدُ 3×
اَللهُ اَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَاَصِيْلاً لاَاِلهَ اِلاَّاللهُ وَلاَ نَعْبُدُ اِلاَّ اِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الكَافِرُوْنَ لاَاِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَاَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ اْلأَحْزَابَ وَحْدَهُ -- لاَاِلهَ اِلاَّاللهُ وَاللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرْ وَللهِ الْحَمْدُ
Artinya: Allah maha besar, Allah maha besar, Allah maha besar. Tidak ada Tuhan melainkan Allah. Allah maha besar. Allah maha besar. Milik Allah lah segala puji-pujian”. Allah maha besar dengan sebesar-besarnya. Segala puji-pijian milik Allah dengan sebanyak-banyaknya. Maha suci Allah di waktu pagi dan petang. Tidak ada Tuhan melainkan Allah. Kami tidak menyembah melainkanNya dalam keadaan kami mengikhlaskan agama untukNya, sekalipun orang-orang kafir membenci. Tidak ada Tuhan melainkan Allah satu-satunya. Dia telah menepatkan janjiNya dan telah menolong hambaNya serta mengalahkan tentera-tentera bersekutu (dengan kekuasaanNya) semata-mata. Tidak ada Tuhan melainkan Allah. Allah maha besar”.
لِمَا صَحَّ أَنَّ النَبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَهُ عَلَى الصَفَا (رواه مسلم
Bacaan takbir diatas telah dilakukan Rasulallah saw ketika beliau sa’i dan berada di atas bukit shafa (HR Muslim)
sumber: http://hasansaggaf.wordpress.com